Kamis 16 Sep 2021 13:39 WIB

AS-Inggris Beri Teknologi Kapal Selam Nuklir ke Australia

Transfer teknologi dilakukan demi menghadapi China yang dinilai semakin agresif

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Perdana Menteri Australia Scott Morrison berbicara kepada media selama konferensi pers setelah rapat kabinet nasional, di Gedung Parlemen di Canberra, Australia, 13 Agustus 2021.
Foto: EPA-EFE/LUKAS COCH NO ARCHIVING AUSTRALIA AND
Perdana Menteri Australia Scott Morrison berbicara kepada media selama konferensi pers setelah rapat kabinet nasional, di Gedung Parlemen di Canberra, Australia, 13 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Australia direncanakan bakal menerima teknologi dan kemampuan kapal selam bertenaga nuklir dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris, Rabu (15/9) waktu setempat. AS membangun aliansi kerja sama baru dengan Inggris dan Australia yang diberi nama AUKUS yang berfokus di bidang keamanan dan pertahanan di kawasan Indo-Pasifik.

Kerja sama pertahanan ini juga dinilai untuk memperkuat kemampuan angkatan laut Australia demi menghadapi China di Indo-Pasifik yang dinilai semakin agresif. Rencana tersebut diumumkan Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison ketika menyepakati kemitraan keamanan baru antara ketiga negara.

Baca Juga

Ketiga pemimpin menekankan bahwa kapal selam tidak akan dipasang senjata nuklir tapi menggunakan sistem propulsi nuklir untuk menghadapi ancaman di masa mendatang. Biden mengatakan rencana AS dan Inggris akan memungkinkan Australia memiliki kapal selam bertenaga nuklir yang akan memastikan negara tersebut memiliki kemampuan paling modern yang dibutuhkan untuk bermanuver dan bertahan melawan ancaman yang bekembang pesat. Kapal selam tidak akan dipersenjatai nuklir tapi hanya ditenagai dengan reaktor nuklir.

"Kami semua menyadari pentingnya memastikan perdamaian dan stabilitas di Indo-Pasifik dalam jangka panjang," kata Biden.

"Kami harus mampu mengatasi baik lingkungan strategis saat ini di kawasan dan bagaimana hal itu dapat berkembang karena masa depan masing-masing negara kita dan bahkan dunia bergantung pada Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka yang bertahan dan berkembang dalam beberapa dekade mendatang," ujarnya menambahkan.

Morrison menjelaskan kapal selam akan dibangun di Adelaide di negara bagian Australia Selatan. "Dunia kita menjadi lebih kompleks, terutama di sini di kawasan kita, Indo-Pasifik. Ini memengaruhi kita semua. Masa depan Indo-Pasifik akan berdampak pada semua masa depan kita," kata Morrison seperti dilansir laman Channel News Asia, Kamis (16/9).

Johnson mengatakan ketiga negara akan bekerja bergandengan tangan untuk menjaga stabilitas dan keamanan di Indo-Pasifik. Perwakilan teknis dan angkatan laut dari tiga negara akan menghabiskan 18 bulan ke depan untuk memutuskan bagaimana melakukan peningkatan untuk Australia. "Kami akan terus memenuhi semua kewajiban non-proliferasi nuklir kami," ujarnya.

Menurut Johnson, ini akan menjadi salah satu proyek paling kompleks dan menuntut secara teknis di dunia yang berlangsung selama beberapa dekade. Selain armada kapal selam, seorang pejabat senior pemerintahan Biden menyatakan kemitraan ini akan menggabungkan kekuatan pada siber, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) khususnya AI terapan, teknologi kuantum, dan beberapa kemampuan bawah laut juga.

Hadapi China

Washington dan dua sekutu barunya tengah mencari cara untuk menghadapi kekuatan dan pengaruh China yang semakin agresif di kawasan itu. Hal itu dilihat dari China yang mengembangkan militernya, tekanan terhadap Taiwan, hingga pengerahan militer China di Laut China Selatan yang disengketakan.

Ketiga pemimpin itu tidak menyebut China dalam pembukaan aliansi kemitraan meski niat mereka sangat jelas merujuk ke China. Namun pejabat senior pemerintah AS yang memberikan pengarahan kepada wartawan sebelum pengumuman tersebut mengatakan langkah itu tidak ditujukan untuk melawan Beijing.

sumber : Reuters/Channel News Asia
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement