REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis pencatatan efek melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO) akan lebih bergairah pada tahun depan. Pasalnya, beberapa indikator pasar modal menunjukkan tren yang positif.
Salah satu indikator itu adalah rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) yang terus meningkat. Selama tahun berjalan, RNTH telah mencapai Rp 13,07 triliun atau melebihi 53,76 persen yang ditargetkan tahun ini yaitu Rp 8,5 triliun.
Indikator lainnya yakni jumlah investor yang tumbuh positif di tahun 2021. "Indikator-indikator tersebut menjadi faktor penting dalam memprediksi pasar modal di masa mendatang," kata Direktur Penilai Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, seperti dikutip Republika, Kamis (16/9).
Selain itu, faktor lainnya adalah sentimen positif terkait perkembangan ekonomi global maupun domestik dari para pelaku pasar modal. Dengan dukungan dan komitmen dari regulator-regulator terkait, Bursa optimistis kegiatan IPO di tahun depan akan lebih menjanjikan.
Pada 2021, BEI menargetkan pencatatan efek untuk semua instrumen sebanyak 66 pencatatan baru. Per 14 September 2021, BEI mencatat terdapat 44 pencatatan baru atau setara 67 persen dari seluruh target, dintaranya adalah 38 pencatatan saham melalui IPO.
"Di pipeline kami masih ada 25 perusahaan yang masih dalam proses. Tentunya kami mengharapkan semua bisa tercatat di tahun ini," kata Nyoman.
Sebagai informasi, terdapat sembilan pencatatan perdana saham di BEI pada oekan lalu, lima saham diantaranya tercatat pada hari yang sama. Nyoman berharap kondisi yang mulai membaik ini dapat terus berlangsung sehingga kegiatan IPO bisa terlaksana bahkan melampaui target.
Adapun total penggalangan dana dari 38 saham yang dicatatkan di Bursa sampai dengan 14 September 2021 berjumlah Rp 32,1 triliun.