Kamis 16 Sep 2021 14:17 WIB

Laporan: Arab Saudi Incar Iron Dome Israel

Saudi dilaporkan tertarik beli sistem pertahanan Israel di tengah ancaman Houthi.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Iron Dome Israel.
Foto: Reuters/Amir Cohen
Iron Dome Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi dilaporkan telah menghubungi Israel untuk membicarakan kemungkinan pengadaan sistem pertahanan rudal. Iron Dome yang diproduksi oleh perusahaan teknologi pertahanan Israel Rafael, dan Barak ER yang diproduksi oleh Israel Aerospace Industries (IA adalah dua opsi yang dipertimbangkan oleh Riyadh.

Hal itu pertama dilaporkan majalah berita dan analisis khusus perdagangan Breaking Defence, Rabu (15/9) waktu setempat. Sumber pertahanan Israel mengatakan kepada majalah itu, bahwa kesepakatan dengan Riyadh bisa terjadi, selama kedua negara mendapatkan persetujuan dari Amerika Serikat (AS). Satu sumber yang enggan menyebutkan identitasnya menambahkan, bahwa ketertarikan Saudi pada sistem Israel telah mencapai fase yang sangat praktis.

Baca Juga

Seperti dilansir laman Middle East Monitor, Kamis (16/9), sumber yang sama tersebut mengatakan, Riyadh telah mengadakan pembicaraan tingkat rendah dengan Tel-Aviv selama beberapa tahun tentang sistem tersebut. Pembicaraan keduanya mulai menumbuhkan lebih banyak energi setelah jelas bahwa AS akan menghapus aset pertahanan udaranya dari Kerajaan.

Keputusan itu telah dibuat dengan Washington secara diam-diam mengeluarkan baterai THAAD dan Patriot Amerika dari Pangkalan Udara Pangeran Sultan, yang terletak di luar Riyadh. Baterai telah dikerahkan di Kerajaan setelah serangan 2019 terhadap fasilitas produksi minyak Saudi.

Houthi yang didukung Iran dianggap bertanggung jawab atas serangan itu. Rudal balistik jarak menengah dan panjang Houthi dicegat oleh sistem pertahanan udara Saudi buatan AS.

AS dinilai tidak akan menghalangi kesepakatan Israel dan Saudi. Pembelian senjata buatan Israel oleh Saudi juga dinilai dapat mempercepat penjualan senjata dengan negara-negara Arab yang menormalkan hubungan dengan negara pendudukan setahun yang lalu sebagai bagian dari Kesepakatan Abraham.

Saudi telah mempertahankan posisi bahwa normalisasi penuh dengan Israel hanya akan terjadi setelah berakhirnya pendudukannya atas Palestina. Mantan direktur Dewan Keamanan Nasional ISrael dan mantan kepala Departemen Perencanaan Pasukan Pertahanan Israel, Brigadir Jenderal Giora Elland mengharapkan AS tak akan keberatan atas penjualan sistem Israel ini ke negara0negara Teluk yang bersahabat. Namun Riyadh pun juga dikatakan mempertimbangkan opsi lain untuk pertahanan rudalnya, termasuk China dan Rusia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement