Kamis 16 Sep 2021 14:55 WIB

AP II dan Airnav Modernisasi Penerbangan Nasional

Penerapan sinergi untuk tahap pertama dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Airnav Indonesia.
Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Airnav Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) dan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau Airnav Indonedia berkolaborasi dalam melakukan modernisasi sektor penerbangan nasional. Keduanya akan mensinergikan Airport Collaborative Decision Making (ACDM) dan Air Traffic Flow Management (ATFM) ke dalam satu platform mobile yang diberi nama Pocket ACDM.

“Proses sinergi ACDM dan ATFM untuk dapat diakses di Pocket ACDM tengah dijalankan oleh AP II dan AirNav Indonesia,” kata Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin dalam pernyataan tertulisnya, Senin (16/9). 

Baca Juga

Awaluddin menjelaskan, AP II sudah menyerahkan Dokumen Manual ACDM ke Airnav pada kemarin (15/9). Hal tersebut dilakukan untuk melakukan pengkajian dan pembahasan agar proses sinergi dapat berjalan lancar. 

“Penerapan sinergi untuk tahap pertama dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta yang merupakan bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia,” tutur Awaluddin. 

AP II saat ini mengoperasikan Airport Operation Control Center (AOCC) yang dilengkapi dengan teknologi terkini. Operasional AOCC tersebut diperkuat dengan penerapan Airport Collaborative Decision Making (ACDM) sebagai sistem yang mewadahi kerja sama berbasis informasi dari seluruh stakeholder yakni operator bandara, maskapai, ground handling, air traffic services dan mitra pendukung lainnya. 

Melalui ACDM, kata Awaluddin, stakeholder dapat mudah berkoordinasi sesuai kondisi real time. Khususnya untuj menentukan penggunaan check-in counter, boarding lounge, gate keberangkatan, garbarata, gate kedatangan, baggage conveyor belt, perlengkapan di apron, dan lainmya.

Sementara itu, Airnav Indonesia selaku pengeola tunggal layanan navigasi penerbangan di tanah air mengoperasikan Indonesia Modern Air Navigation System (IMANS) yang didukung dengan Air Traffic Flow Management (ATFM). Hal tersebyut untuk mendukung efisiensi penerbangan khususnya di bandara serta memastikan terpenuhinya estimated time departure (ETD) dan estimated time arrival (ETA). 

“Sinergi ACDM dan ATFM ini sebagai upaya mengakselerasi modernisasi pengelolaan bandara dan penerbangan,” ujar Awaluddin. 

Dia menilai, sinergi ACDM dan ATFM menciptakan pengaturan terintegrasi di terminal penumpang dan di sisi udara berdasarkan data-data yang diinformasikan oleh setiap stakeholder. Tujuannya, lanjut Awaluddin, untuk mencapai efisiensi operasional, ketepatan waktu penerbangan, dan stakeholder bisa melakukan prediktabilitas untuk memperkirakan dan mengantisipasi operasional yang akan datang sehingga memastikan segala sesuatunya berjalan lancar.

“Competitiveness sektor penerbangan nasional di tingkat global semakin baik dengan semakin memenuhi standar global, dan ini menjadi modal dalam mendukung perekonomian Indonesia,” tutur Awaluddin. 

Awaluddin yakin langkah AP II dan Airnav Indonesia dapat menciptakan efisiensi. Selain itu huga meningkatkan daya saing ini diharapkan mendukung pemulihan sektor penerbangan yang terdampak pandemi. 

Sementara itu, Direktur Utama Airnav Indonesia Mohamad Pramintohadi Sukarno mengatakan saat ini adalah momentum yang tepat untuk mensinergikan sistem ACDM dan ATFM. “Progres AP II sangat signifikan. Ini saatnya melakukan sinkronisasi sistem, antara sistem di AP II dan AirNav Indonesia,” kata Pramintohadi. 

Dalam proses integrasi ACDM dan ATFM, Praminyohadi megatakan Airnav Indonesia menggarisbawahi perlunya persamaan persepsi dan harmonisasi terminologi. Begitu juga dengan penyelerasan konsep operasi, standarisasi data yang dipertukarkan, dan sistem interfacing. 

Pramintohadi memastikan Airnav siap untuk menerapkan integrasi tersebut. “Bahkan tidak hanya di Bandara Soekarno-Hatta daja namun juga di bandara-bandara lain yang dikelola AP II,” kata Pramintohadi. 

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Novie Riyanto dalam suratnya kepada AP II menyatakan bahwa manual dan guideline ACDM yang telah disusun AP II dapat digunakan sebagai panduan oleh stakeholder. Novie memastikan dukungannya terhadap implementasi Airport Collaborative Decision Making (ACDM). 

“Direktorat Perhubungan Udara Kemenhub mendukung untuk dapat diterapkan di bandar udara AP II,” ungkap Novie. 

Sinergi ACDM dan ATFM di bandara-bandara AP II memiliki semangat digitalisasi. Khususnya mempermudah proses keberangkatan dan kedatangan, sekaligus meningkatkan keamanan, keselamatan, dan efisiensi. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement