Seniman Dorong Pemerintah Bantu Produksi Konten Digital
Red: Fernan Rahadi
Konten digital (ilustrasi). | Foto: www.freepik.com
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir dua tahun telah membuat sejumlah pelaku seni dan budaya menjerit karena tidak bisa melakukan kegiatan untuk menyalurkan ekspresinya. Para pelaku seni dan budaya tersebut meminta pemerintah punya cara lain untuk menggairahkan pelaku seni dan budaya selain memberikan bantuan tunai yang telah dilakukan.
Menurut pengamat seni dan budaya dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Jabatin Bangun, bantuan tunai hanya mendukung sedikit saja dalam mengatasi masalah yang dialami pelaku seni dan budaya. "Seharusnya para pelaku seni ini dalam keseniannya melakukan pertunjukan untuk hidup," kata Jabatin dalam siaran pers, Kamis (16/9).
Sayangnya acara selama pandemi tidak ada sehingga tidak ada undangan untuk pertunjukan. Dia menyarankan bantuan yang diberikan mengarah pada produksi konten digital untuk konsumsi global, sehingga para pelaku seni dan budaya mendapatkan pekerjaan dan punya peluang untuk dikenal di mancanegara jika dipromosikan secara global.
Secara terpisah Butet Kartaredjasa, seniman dan budayawan kondang, mengklaim selama pandemi mereka tetap melakukan kegiatan seni. Bahkan para pelaku seni dan budaya makin kreatif di masa pandemi.
Dia membantah bila ekspresi budaya di masa pandemi mandek. Terbukti seniman, pelaku budaya di seluruh Indonesia tetap melakukan kegiatan seni budaya meski terbatas.
"Pandemi membuat seniman dan budayawan makin kreatif dan lebih inovatif. Apalagi ada program bantuan Kemendikbudristek, itu semua sampai ke pelaku seni budaya kok," katanya.
Selain itu fasilitas Kemendikbudristek seperti Budaya Saya cukup membantu para seniman dan budayawan untuk berekspresi di masa pandemi. Dia juga membantah adanya ancaman lost culture karena faktanya kegiatan seni dan budaya tetap jalan. "Tidak ada lost culture, ini hanya isu yang dilemparkan orang yang malas dan provokatif," katanya.