REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China telah memvaksinasi penuh 1 miliar penduduknya atau 71 persen dari populasinya. Itu merupakan pencapaian besar mengingat pandemi Covid-19 pertama kali pecah di negara tersebut.
“Pada 15 September 2,16 miliar dosis vaksin (Covid-19) telah diberikan secara nasional,” kata seorang juru bicara Komisi Kesehatan Nasional China dalam konferensi pers pada Kamis (16/9).
Covid-19 pertama kali ditemukan atau terdeteksi di Wuhan, China, pada Desember 2019. Awal tahun ini, tim investigasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengunjungi kota tersebut guna menyelidiki asal-usul virus SARS-Cov-2 penyebab Covid-19. Penyelidikan dilakukan bersama para ahli China.
Tim WHO mengunjungi beberapa tempat. Pertama, rumah sakit Wuhan yang paling awal menangani pasien Covid-19. Mereka juga menyambangi pasar tradisional Huanan, tempat yang diduga kuat menjadi rantai awal penularan Covid-19.
Selain itu, tim WHO turut mengunjungi Institut Virologi Wuhan. Seperti diketahui, sempat beredar teori bahwa Covid-19 disebabkan kebocoran virus dari laboratorium di institut tersebut. Namun China telah membantah hal itu.
WHO merilis hasil penyelidikannya pada Maret lalu. Menurut kesimpulan tim WHO, skenario paling mungkin terkait rantai penyebaran adalah virus dibawa kelelawar, kemudian ditularkan ke manusia lewat hewan lain. Tim mengusulkan penelitian lebih lanjut di setiap area, kecuali hipotesis kebocoran laboratorium.
Namun Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta tim yang menyelidiki asal-usul pandemi Covid-19 tetap mendalami kemungkinan kebocoran laboratorium sebagai penyebab menyebarnya virus.
“Meskipun tim telah menyimpulkan, kebocoran laboratorium adalah hipotesis yang paling kecil kemungkinannya, hal ini memerlukan penyelidikan lebih lanjut, berpotensi dengan misi tambahan yang melibatkan ahli spesialis, yang siap saya kerahkan,” kata Ghebreyesus pada 30 Maret lalu.