Kamis 16 Sep 2021 17:53 WIB

Istiqlal dan LPDP Selenggarakan Pendidikan Kader Ulama

Mencetak ulama tidak semudah yang dibayangkan karena metodologinya khusus.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Istiqlal dan LPDP Selenggarakan Pendidikan Kader Ulama. Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Istiqlal dan LPDP Selenggarakan Pendidikan Kader Ulama. Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menandatangani nota kesepahaman kerja sama di Masjid Istiqlal, Rabu (15/9). Kerja sama tersebut dalam rangka penyelenggaraan pendidikan kader ulama Masjid Istiqlal (PKU-MI).

Ada dua program utama dalam pengkaderan ulama ini, di antaranya pendidikan kader ulama (PKU) dan pendidikan kader ulama perempuan (PKUP). Mereka akan mendapatkan beasiswa dari LPDP, penyelenggara pendidikannya PKU-MI, dan Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ).

Baca Juga

Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar mengatakan gelombang pertama PKU dan PKUP dibuka untuk 100 orang. Sebanyak 15 orang ikut program S3, 50 orang ikut program PKUP, dan 35 orang ikut program PKU.

"Pendidikan kader ulama perempuan itu bukan hanya perempuan, jadi bukan perempuan berdasarkan jenis kelaminnya, tapi itu kurikulumnya itu yang berkesetaraan gender, itu yang khas dengan kita," Kiai Nasaruddin kepada Republika.co.id usai penandatanganan nota kesepahaman di Masjid Istiqlal, Rabu (15/9).

Ia menyampaikan, pendaftaran program PKU dan PKUP mulai hari ini, setelah penandatanganan nota kesepahaman langsung diumumkan. PKU-MI dan PTIQ sudah bekerja sama dengan berbagai pihak dari dalam negeri dan luar negeri untuk penyelenggaraannya.

Kiai Nasaruddin juga mengatakan, banyak ulama yang wafat selama pandemi Covid-19. Ulama di lingkungan Nahdlatul Ulama saja ada sekitar 700 orang yang meninggal selama masa pandemi.

"Atas dasar ini BPMI menyadari pentingnya merintis lembaga pengkaderan ulama secara profesional yang akan melahirkan ulama Indonesia yang profesional dan moderat," ujarnya.

Ia menjelaskan mencetak ulama tidak semudah yang dibayangkan karena metodologinya harus khusus dan materinya harus ekstra khusus. Pengajarnya juga harus memenuhi kapasitas, bukan hanya kapasitas intelektual, tapi juga kapasitas spiritual yang punya hubungan spiritual dengan Allah.

Menurutnya, mengkaji Alquran bukan sebatas Kitabullah. Orientalis pun boleh mempelajari Alquran, tapi Kalamullah hanya dikuasai oleh orang-orang yang bertakwa saja dan ulama yang menguasai Kalamullah.

"Yang paling mulia di sisi Allah adalah para ulama jadi ulama itu sesungguhnya bukan hanya yang ahli agama tapi juga ahli ilmu-ilmu kauniyah," jelasnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement