REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dua ruang kelas SDN Otista yang terletak di Jalan Otto Iskandar Dinata, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor roboh Kamis (16/9) siang. Menurut keterangan dari pihak sekolah, dua ruangan tersebut memang sudah tidak layak digunakan dan harus diperbaiki.
SDN Otista sendiri terletak hanya 902 meter dari Istana Kepresidenan Bogor. Untuk menjangkaunya hanya butuh waktu tiga menit berjalan kaki dari Tugu Kujang.
Pantauan Republika.co.id di lokasi, bagian atap ruang kelas tersebut mulai dari genteng, balok, rangka kayu, dan plafon sudah roboh. Sementara, di bagian kaca ruang kelas terdapat pengumuman di secarik kertas bertuliskan 'Kelas ini tak layak digunakan'.
Pelaksana Tugas (PLT) SDN Otista, Siti Meisafah mengatakan, robohnya dua ruang kelas itu terjadi sekitar pukul 11.48 WIB. Sebelum roboh, terdengar suara gemuruh dari ruang kelas tersebut.
“Sebelumnya memang kami sudah sering kordinasi dengan Kepala Seksie di Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, kami sudah sering berkoordinasi,” ujar Mei kepada wartawan di lokasi, Kamis (16/9).
Lebih lanjut, Mei mengatakan, ada ruang kelas lain yang juga membutuhkan perbaikan, lantaran kondisinya memang sudah lapuk. Sehingga, pihak sekolah sudah melaporkan hal tersebut kepada Disdik Kota Bogor untuk dilakukan langkah lebih lanjut. Apalagi pembelajaran tatap muka (PTM) di Kota Bogor akan segera dimulai.
Baca juga : 91 Persen Sekolah Diperbolehkan Melakukan PTM Terbatas
“PTM belum ada. Tapi dari awal kita sering koordinasi dengan Kasie dan Kabid. Memang sejak bulan April, saya sudah tanggap karena ketika dilihat (ruang kelasnya) kurang layak dan tidak digunakan lagi,” ujarnya.
Di lokasi yang sama, Kasie Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, Jarwo mengatakan, robohnya atap di SDN Otista disebabkan faktor usia. Bukan faktor bencana.
“Ini lebih ke faktor usia yang sudah tua, mengakibatkan struktur maupun kayu-kayu yang ada ini sudah termakan usia atau lapuk. Bilamana terjadi goyangan ataupun angin sedikit saja bisa menimbulkan roboh maupun ambruk,” ujar Jarwo.
Beruntung, sambung dia, tidak ada korban jiwa maupun luka dalam kejadian ini. Sebab, PTM di sekolah ini pun belum dilaksanakan.
Lebih lanjut, Jarwo menjelaskan, sebagai langkah antisipasi agar atap kelas lain tidak ikut roboh, BPBD Kota Bogor melakukan penyekatan atau isolasi. Yakni dengan memotong balok dan rangka kayu yang bersambung dengan rangka kelas lain.
“Manakala nanti ada rubuhan berikutnya, ini tidak merembet ke kelas-kelas berikutnya. Jadi kita sekat, kita isolasi. Biar cukup dua kelas saja yang terimbas,” tuturnya.
Jarwo menambahkan, pihaknya tidak memiliki data mengenai sekolah-sekolah di Kota Bogor yang dikhawatirkan juga mengalami kerusakan. Menurutnya, data tersebut bisa diperoleh dari Disdik Kota Bogor.
“Dari kami mungkin kurang merinci data, mungkin dari dinas terkait yang lebih paham, lebih tahu, pembangunan sekolah-sekolah yang ada di Kota Bogor. Mereka mungkin punya data kapan sekolah dibangun, usia berapa, mungkin dari Dinas Pendidikan yang lebih memahami,” ujarnya.
Baca juga : Stafsus Risma: Kami Berantem dengan Bank Demi Bansos