Kamis 16 Sep 2021 18:24 WIB

Afghanistan Butuh Bantuan Mendesak untuk Cegah Krisis

UNHCR menyebut situasi kemanusiaan di Afghanistan

Red: Nur Aini
 Seorang penjual roti berjalan-jalan di pasar di Kota Tua Kabul, Afghanistan, Selasa, 14 September 2021. Dikhawatirkan Afghanistan dapat semakin terjerumus ke dalam kelaparan dan keruntuhan ekonomi setelah kekacauan bulan lalu, yang menyebabkan Taliban menggulingkan pemerintah di sapuan kilat saat pasukan AS dan NATO keluar dari perang 20 tahun.
Foto: AP/Bernat Armangue
Seorang penjual roti berjalan-jalan di pasar di Kota Tua Kabul, Afghanistan, Selasa, 14 September 2021. Dikhawatirkan Afghanistan dapat semakin terjerumus ke dalam kelaparan dan keruntuhan ekonomi setelah kekacauan bulan lalu, yang menyebabkan Taliban menggulingkan pemerintah di sapuan kilat saat pasukan AS dan NATO keluar dari perang 20 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Afghanistan membutuhkan dukungan mendesak dan berkelanjutan dari komunitas internasional untuk mencegah krisis kemanusiaan yang lebih besar.

"Situasi kemanusiaan di Afghanistan masih menyedihkan," kata Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) Filippo Grandi dalam sebuah pernyataan setelah kunjungan tiga hari ke negara Asia Selatan itu.

Baca Juga

"Jika layanan publik dan ekonomi runtuh, kita akan melihat penderitaan yang lebih besar, ketidakstabilan, dan perpindahan baik di dalam maupun di luar negeri," ujar dia dalam pernyataan pada Rabu (15/9).

Karena itu, Grandi menyeru masyarakat internasional untuk terlibat dengan Afghanistan dan dengan cepat mencegah krisis kemanusiaan yang jauh lebih besar, yang tidak hanya memiliki implikasi regional tetapi juga global. Bahkan sebelum Taliban mengambil alih Afghanistan bulan lalu, kata Grandi, lebih dari 18 juta warga Afghanistan atau sekitar setengah dari populasinya, membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Lebih dari 3,5 juta warga Afghanistan sudah mengungsi di negara yang sedang berjuang melawan kekeringan dan pandemi Covid-19. Kemiskinan dan kelaparan telah meningkat sejak pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban, dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pada konferensi bantuan internasional pekan ini bahwa warga Afghanistan menghadapi "mungkin saat yang paling berbahaya". Para donor pada konferensi tersebut menjanjikan lebih dari 1,1 miliar dolar AS (sekitar Rp 15,7 triliun) untuk membantu Afghanistan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement