REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Komisioner Komisi Penyaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis, mengatakan situasi komunikasi di ruang publik semakin kompleks, dinamis, dan cepat. Hal ini sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya.
“Ini sebagai sebagai dampak dari kemajuan teknologi informasi pada akhirnya ketersediaan informasi saat ini sangat melimpah,” kata Andre, melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id dari KPI, Kamis (16/9).
Andre menyebut media penyiaran salah satu dari media massa dalam melaksanakan kegiatannya menggunakan frekuensi sebagai ranah public. Sehingga kaidah penggunaan media massa penyiaran diatur khusus supaya tetap mengedepankan tanggung jawab yang bermartabat.
Andre mengatakan hal ini pada saat menjadi PIC Konferensi Penyiaran Indonesia, yang diselenggarakan Universitas Hasanuddin (Unhas) bekerjasama dengan KPI di Makassar, Rabu (15/9).
Melalui konferensi penyiaran ini, kata Andre, publik menaruh harapan besar semakin banyak para ilmuan di Indonesia yang terus mengembangan bentuk penelitian-penelitian lain untuk merespons perubahan dunia komunikasi, media, teknologi termasuk penyiaran. "Apalagi pada awal November 2022, Indonesia akan bermigrasi dari analog ke digital," ujar dia.
Andre menjelaskan, konferensi ini yang mengusung tema ‘Mewujudkan Media Komunikasi dan Industri Penyiaran yang Sehat, Tangguh dan Berbasis Kemanusiaan’.
Dia berharap setelah konferensi ini dapat menciptakan iklim media dan pola komunikasi yang memiliki tanggung jawab moral dalam ranah komunikasi dan penyiaran.
Kegiatan ini juga merupakan bagian dari implementasi Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi yang juga Program Prioritas Nasional bersama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Kegiatan ini melibatkan lebih dari 192 orang pakar dari 12 Universitas Negeri se Indonesia untuk mengukur sejauh mana kualitas konten siaran di Indonesia.