Bank sentral Afganistan pada hari Selasa (14/09) mengatakan bahwa Taliban menyita uang tunai dan emas senilai lebih dari 12 juta dolar AS (lebih dari Rp 170 miliar) dari para mantan pejabat pemerintah. Taliban kemudian menyerahkan hasil sitaan tersebut ke bank.
Menurut sebuah pernyataan dari bank sentral, penggeledahan oleh Taliban terjadi di kediaman mantan Wakil Presiden Amrullah Saleh, dan "sejumlah pejabat tinggi pemerintah.”
Sejak mengambil alih kekuasaan di Afganistan, Taliban juga mengambil alih kendali atas bank sentral.
Dalam sebuah cuitan, bank sentral memperlihatkan beberapa pria tampak serius menghitung tumpukan uang tunai.
Bank sentral kehabisan uang tunai
Sejak Afganistan dikuasai Taliban, bank-bank di Afganistan kehabisan uang tunai. Beberapa di antaranya bahkan berada di ambang penutupan.
Bank-bank yang mengalami kesulitan lantas menyampaikan kekhawatirannya perihal kelangkaan uang tunai kepada Taliban. Sebagai respons, Taliban meluncurkan penyelidikan terhadap aset-aset para mantan pejabat pemerintah yang kemudian berujung pada terjadinya penyitaan aset.
Dalam pernyataan bank sentral, hanya Amrullah Saleh satu-satunya pejabat yang disebutkan namanya. Ia diyakini tengah berada di pegunungan Panjshir bersama para pejuang oposisi lainnya.
Sebelumnya, mantan presiden Afganistan Ashraf Ghani juga dituduh melarikan diri dengan membawa uang jutaan dolar. Namun Ghani membantah tuduhan tersebut dengan menyebutnya sebagai tuduhan "tidak berdasar”.
Baca juga : Salah Urus Pengungsi Afghanistan, Menlu Belanda Mundur
Pembekuan aset asing memperburuk masalah keuangan
Bank-bank di Afganistan pun terpaksa harus menjatah jumlah uang yang akan dikeluarkan di kantor-kantor cabangnya. Hal ini dilakukan agar bank tidak benar-benar kehabisan uang. Batas penarikan mingguan yang dilaporkan adalah sebesar $200 (sekitar Rp 2,8 juta).
Masalah keuangan di Afganistan turut diperparah dengan dibekukannya aset asing bank sentral sejak Taliban mengambil alih kekuasaan.
Menurut mantan gubernur bank tersebut, Ajmal Ahmadi, jumlah aset yang dibekukan diperkirakan sekitar $10 miliar (lebih dari Rp 142 triliun).
Meski begitu, bank sentral yang dikendalikan Taliban mengklaim bahwa semua operasi komersial berlangsung di bawah pengawasan ketat dan melaporkan semua operasi berjalan lebih baik dari sebelumnya. "Bank-bank semuanya aman,” kata pelaksana tugas gubernur bank sentral.
gtp/pkp (Reuters, AFP)