Jumat 17 Sep 2021 11:13 WIB

BPOM AS Pertimbangkan Cermat Keputusan Beri Booster Vaksin

Presiden AS Joe Biden mengampanyekan booster vaksin Covid dapat dimulai pekan depan

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Michelle Chester, DNP, direktur, layanan kesehatan karyawan, Northwell menunjukkan vaksin Moderna coronavirus disease (COVID-19) di rumah sakit Long Island Jewish Valley Stream Northwell Health di New York City, AS, 21 Desember 2020.
Foto: EPA-EFE/EDUARDO MUNOZ
Michelle Chester, DNP, direktur, layanan kesehatan karyawan, Northwell menunjukkan vaksin Moderna coronavirus disease (COVID-19) di rumah sakit Long Island Jewish Valley Stream Northwell Health di New York City, AS, 21 Desember 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) akan mempertimbangkan dan memberi keputusan tegas mengenai booster atau dosis tambahan vaksin Covid-19 pada Jumat (17/9). Dalam sebuah pernyataan, Presiden AS Joe Biden bersama dengan penasihat kesehatan negara menyerukan kampanye booster dapat dimulai pekan depan untuk masyarakat negara itu.

Pfizer, perusahaan pengembang vaksin Covid-19, mengatakan kekebalan terhadap infeksi yang lebih ringan berkurang sekitar enam hingga delapan bulan setelah dosis kedua. Pfizer memberikan dosis ekstra kepada 306 orang pada saat itu dan mencatat tingkat antibodi penangkal virus tiga kali lipat lebih tinggi daripada setelah suntikan sebelumnya.

Dikutip dari Macon, satu hal lainnya yang lebih penting menurut perusahaan itu adalah bahwa antibodi tampak cukup kuat untuk menangani varian Delta. Studi yang dilakukan Pfizer juga melacak sekitar satu juta orang berusia 60 tahun ke atas. Hasil studi menunjukkan mereka yang mendapat suntikan ekstra jauh lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi segera sesudahnya.

Perusahaan mengatakan hal itu mengartikan efektivitas sekitar 95 persen ketika Delta menyebar, sebanding dengan perlindungan yang terlihat tak lama setelah peluncuran vaksin di awal tahun. Data Israel, yang juga diterbitkan pada Rabu di New England Journal of Medicine, tidak dapat mengatakan berapa lama perlindungan yang ditingkatkan itu bertahan.

Peninjau FDA menyarankan mereka akan mencari penelitian tentang bagaimana vaksin bekerja di antara orang Amerika, dengan mengatakan bahwa mungkin paling akurat mewakili efektivitas vaksin pada populasi AS. Secara keseluruhan, data menunjukkan Pfizer dan vaksin Covid-19 yang diberikan izin penggunaan di AS lainnya masih memberikan perlindungan terhadap penyakit dengan gejala parah dan kematian.

Anna Durbin dari Johns Hopkins School of Public Health menuturkan penting untuk memahami keputusan FDA adalah apakah dosis tambahan aman dan melakukan apa yang dijanjikan guna meningkatkan tingkat kekebalan. Jika FDA memutuskan booster dapat membuat demikian, maka Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) harus memutuskan siapa saja yang bisa mendapatkannya terlebih dahulu.

Selain Pfizer, Moderna menjadi salah satu perusahaan pengembang vaksin yang meminta FDA mengizinkan penggunaan booster vaksin. Para peneliti membandingkan sekitar 14 ribu orang dalam studi vaksin Moderna pada 2020 yang mendapatkan dosis pertama sekitar setahun yang lalu dengan 11 ribu lainnya yang divaksinasi tahun lalu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement