Sabtu 18 Sep 2021 02:02 WIB

China: Kapal Selam Nuklir Australia Ancam Perdamaian Kawasan

Beijing sebut pakta AUKUS antara Australia, AS, dan Inggris tak bertanggung jawab

Red: Nur Aini
China pada Kamis (16/9) menyebut pakta keamanan AUKUS antara Australia, Amerika Serikat, dan Inggris “tidak bertanggung jawab” karena “mengganggu” kawasan itu.
China pada Kamis (16/9) menyebut pakta keamanan AUKUS antara Australia, Amerika Serikat, dan Inggris “tidak bertanggung jawab” karena “mengganggu” kawasan itu.

 

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China pada Kamis (16/9) menyebut pakta keamanan AUKUS antara Australia, Amerika Serikat, dan Inggris “tidak bertanggung jawab” karena “mengganggu” kawasan itu.

Baca Juga

"Keputusan AS dan Inggris untuk mengekspor kapal selam bertenaga nuklir ke Australia sekali lagi membuktikan bahwa mereka menggunakan ekspor nuklir untuk keuntungan geopolitik, dan ini sangat tidak bertanggung jawab," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian.

Sebelumnya, dalam konferensi pers gabungan pada Rabu, Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan bahwa armada Australia itu akan dilengkapi dengan reaktor nuklir dan dipersenjatai dengan amunisi konvensional.

“Kesepakatan AUKUS sangat mengganggu perdamaian dan stabilitas regional, memicu persaingan senjata, dan merusak perjanjian non-proliferasi,” kata Zhao.

Dia juga menekankan bahwa China akan terus mengamati perkembangan kesepakatan AUKUS. Hubungan bilateral Beijing-Canberra mengalami kemunduran sejak Canberra bergabung dengan negara-negara Barat dalam penyelidikan asal mula pandemi Covid-19.

“Jika Australia – sebagai penandatangan Traktat Nonproliferasi Nuklir dan Perjanjian Zona Bebas Nuklir Pasifik Selatan – mengimpor kapal selam bertenaga nuklir, maka negara-negara tetangganya dan masyarakat internasional punya alasan untuk mempertanyakan ketulusannya dalam memenuhi perjanjian itu," kata jubir itu.

Australia juga sempat mencapai kesepakatan multi-miliar dolar dengan Prancis untuk membangun 12 kapal selam bertenaga konvensional, yang kini tidak lagi dilanjutkan. Prancis menyebut langkah terbaru Australia “bertentangan dengan kesepakatan dan semangat kerja sama yang berlaku antara kedua negara".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement