Sabtu 18 Sep 2021 00:29 WIB

Yanti Lidiati Rangkul Ibu-Ibu dan Anak Punk Lebih Produktif

Pertamina Geothermal ikut memberikan bantuan berupa modal hingga pelatihan

Red: Gita Amanda
Didukung PGE, anak punk yang dibina  Yanti Lidiati, terus bertambah hingga 25 orang dan lebih dari separuhnya terbilang aktif.
Foto: Pertamina
Didukung PGE, anak punk yang dibina Yanti Lidiati, terus bertambah hingga 25 orang dan lebih dari separuhnya terbilang aktif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan besar diambil oleh Yanti Lidiati, 55 tahun, pada tahun 2011. Berada di puncak kariernya sebagai Kepala Human Resource Development perusahaan farmasi besar di Ibu Kota, Yanti memilih kembali ke kampungnya di Desa Lampegan, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Saat itu, ia harus merawat ibunya, Tjitjih Rukarsih, yang sakit.

Di sela-sela merawat sang ibu, Yanti memperhatikan sejumlah ibu yang tidak banyak beraktivitas dan cenderung ngobrol ngalor-ngidul. Ia menilai ibu-ibu itu seharusnya bisa menghasilkan uang ketimbang ngerumpi. Muncul ide untuk mengajak ibu-ibu itu belajar menjahit. Namun, sebagian besar dari mereka menolak gagasan Yanti karena tidak punya kepercayaan diri dan tidak yakin produk yang dihasilkan bisa laku terjual.

Baca Juga

Yanti tak mau menyerah. Pada 2016, ia membentuk kelompok bernama Wanita Mandiri dengan anggota tujuh orang. Pelan-pelan dia membimbing para ibu untuk memulai usaha menjahit. Mereka mulai fokus membuat blazer dengan bahan sarung premium. Produknya diberi merek It’s Blazer Ibun. “Desainnya saya yang buat, ibu-ibu itu yang mengerjakan,” kata Yanti.

Lama-kelamaan, usaha para ibu membuahkan hasil. Mereka pun bisa mendapatkan penghasilan lebih. Kesuksesan itu beredar dari mulut ke mulut dan menarik lebih banyak perempuan untuk bergabung di Wanita Mandiri. Kelompok itu pun beranggota hampir 50 orang.