Jumat 17 Sep 2021 13:51 WIB

BRIN: Prestasi Adi Utarini Jadi Motivasi Bagi Periset

Prestasi Adi Utarini menunjukkan ilmuwan Indonesia diperhitungkan di level dunia

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Prestasi Adi Utarini menunjukkan ilmuwan Indonesia diperhitungkan di level dunia.
Foto: instagram/dokpri
Prestasi Adi Utarini menunjukkan ilmuwan Indonesia diperhitungkan di level dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Prestasi peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Adi Utarini yang masuk daftar 100 orang berpengaruh versi majalah Time dapat menjadi motivasi bagi para periset di Indonesia untuk terus berkarya. Pernyataan ini diungkapkan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko.

"Tentu ini merupakan kebanggaan bagi kita semua dan khususnya komunitas periset di Indonesia," katanya saat dihubungi Antara di Jakarta, Jumat (17/9).

Baca Juga

Handoko menuturkan prestasi yang diraih guru besar di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM itu juga akan memotivasi generasi muda Indonesia untuk tertarik menekuni profesi sebagai periset. Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Satryo S. Brodjonegoro menuturkan prestasi Adi Utarini menunjukkan ilmuwan Indonesia diperhitungkan di level dunia.

"Beliau luar biasa prestasinya, bukti bahwa ilmuwan kita ini kelas dunia," tuturnya.

Satryo menuturkan Adi Utarini dapat menjadi contoh bagi para ilmuwan lainnya bahwa ketekunan dan dedikasi luar biasa dapat mengantarkan seseorang menjadi ilmuwan kelas dunia. Selain masuk dalam daftar 100 orang berpengaruh versi majalah Time pada 2021, Adi Utarini juga masuk 10 ilmuwan berpengaruh sedunia pada 2020 berdasarkan Nature, jurnal ilmiah yang berbasis di Inggris.

Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada pada 1989. Dia kemudian menyelesaikan gelar master di bidang kesehatan ibu dan anak dari University of College London pada 1994.

Pada 1998 Adi menuntaskan gelar Master of Public Health dan doktor Filsafat pada 2002 dari Universitas Umea di Swedia. Pada 2011, perempuan kelahiran Yogyakarta pada 4 Juni 1965 tersebut dianugerahi gelar profesor di bidang kesehatan masyarakat.

Adi Utarini merupakan ilmuwan perempuan yang memimpin uji coba perintis teknologi untuk memberantas demam berdarah di Indonesia. Hasil penelitian Adi Utarini berhasil mengurangi kasus demam berdarah hingga 77 persen di beberapa kota besar di Indonesia dengan melepaskan nyamuk yang telah dimodifikasi.

Adi Utarini juga meraih peringkat 311 peneliti Indonesia terbaik oleh Webometrics pada 2017. Berdasarkan informasi yang ditelusuri di laman Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, Adi Utarini mengajar kursus kebijakan dan manajemen mutu serta metode penelitian. Selain mengajar dan meneliti, saat ini Adi Utarini masih aktif sebagai pianis, pemain tenis meja, dan hobi bersepeda.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement