REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Singapura menyiapkan dana sekitar 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp 15,7 triliun untuk meningkatkan likuiditas di pasar sahamnya. Langkah ini sebagai respons Singapura atas melambatnya aktivitas perdagangan saham di negara tersebut selama pandemi Covid-19.
Dilansir Bloomberg, Jumat (17/9), suntikan dana ini didukung oleh perusahaan investasi milik negara, Temasek Holdings Pte. Dana tersebut akan diinvestasikan pada perusahaan dengan pertumbuhan tinggi serta berencana melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).
Secara terpisah, Badan Pengembangan Ekonomi Singapura juga menyiapkan dana hingga 500 juta dolar AS atau setara Rp7,1 triliun untuk diinvestasikan ke perusahaan berencana IPO dalam dua hingga lima tahun ke depan.
“Kami tahu bahwa inisiatif yang kami luncurkan hari ini bukanlah peluru ajaib. Tapi kami percaya mereka akan meniupkan angin baru ke pasar ekuitas publik kami," kata Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Gan Kim Yong, Jumat (17/9).
Rencana tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik Singapura sebagai lokasi peningkatan modal bagi perusahaan lokal dan regional. Rencana ini juga akan melibatkan operator bursa saham Singapore Exchange Ltd.
"Ini adalah langkah ke arah yang benar tetapi jumlah masih kecil untuk saat ini, dan kita mungkin perlu melihat lebih banyak langkah untuk bisa melakukan perubahan," kata analis di Phillip Securities Research Pte, Terence Chua.
Bursa Singapura telah berjuang dalam beberapa tahun terakhir. Tingkat pencatatan di Bursa Singapura menurun dengan likuiditas perdagangan ekuitas yang rendah. Bursa Singapura bulan ini mengumumkan kerangka kerja untuk mendaftarkan perusahaan cek kosong dan menandatangani kemitraan dengan Thailand dalam penerimaan penyimpanan.
“Kami tidak melakukan ini hanya demi memiliki valuasi tinggi atau kapitalisasi pasar. Ini untuk memberi mesin pertumbuhan bagi para startup dan perusahaan,” kata Gan Kim Yong.