REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Robohnya atap pada dua ruang kelas SDN Otista, Kota Bogor dianggap menjadi pengingat atau alarm bagi Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor. Dengan kejadian tersebut, diharapkan Disdik Kota Bogor dapat memeriksa bangunan-bangunan sekolah lain.
Diketahui, ruang kelas yang atapnya roboh secara tiba-tiba itu sudah tidak dihuni hampir dua tahun lamanya. Akibat ditinggal siswa pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19.
“Ini jadi alarm buat kita di DPRD maupun di Dinas untuk mengecek juga bangunan bangunan sekolah yang lain. Karena khawatir terjadi hal yang serupa. Sehingga sebelum kejadian kita sudah antisipasi dan bisa kita anggarkan di tahun berikutnya,” ujar Anggota Komisi IV DPRD Kota Bogor, Anna Mariam Fadilah usai meninjau SDN Otista, Jumat (17/9).
Anna mengaku, Komisi IV DPRD Kota Bogor yang juga fokus pada bidang pendidikan, siap untuk mengawal anggaran untuk perbaikan sarana dan prasarana sekolah SD dan SMP di Kota Bogor. Sehingga, dia berhadap Disdik Kota Bogor segera menyampaikan laporan terkait sekolah mana yang butuh perbaikan segera.
“Jadi mudah mudahan laporannya segera masuk kira-kira berapa bangunan sekolah yang memang butuh segera renovasi. Sehingga kita bersama sama memperjuangkan anggaran tersebut,” ucapnya.
Anggota Komisi IV DPRD Kota Bogor, Rifky Alaydrus juga turut memeriksa langsung lokasi ambruknya atap sekolah. Dalam pantauannya, robohnya atap tersebut lantaran kondisi bangunan sudah cukup lama.
“Info tadi 2004 pembangunan terakhir, menurut Disdik infonya sudah dianggarkan 2022. Cuma karena bencana faktor alam, diluar dugaan kita manusia. Tapi sudah koordinasi dengan Wali Kota, rencananya dianggarkan di Bantuan Tak Terduga (BTT),” ujarnya.
Kepala Disdik Kota Bogor, Hanafi menyebutkan, ada sekitar tujuh sekolah yang sudah melaporkan kerusakan kepada Disdik Kota Bogor. Tujuh bangunan sekolah tersebut merupakan sekolah tingkat SD.
“Kalau kita keliling lagi mungkin akan menemukan lagi dengan bervariasi kerusakannya,” ucapnya.
Kendati demikian, dia belum bisa memerinci bagian mana yang mengalami kerusakan pada tujuh sekolah tersebut. Termasuk kualifikasi kerusakan ringan, sedang, atau berat.
“Belom kita rinci. Kalau ini (SDN Otista) kan rusak berat karena hancur. Tadinya kan kita memperbaiki atapnya aja,” ujar Hanafi.