Jumat 17 Sep 2021 16:30 WIB

Pembatasan Usia Disebut Penyebab Mal di Bogor Masih Sepi

Pengunjung yang datang masih sepi, lantaran adanya pembatasan usia pengunjung.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Mas Alamil Huda
Pengunjung menyantap makanan di salah satu restoran di sebuah pusat perbelanjaan di Tajur, Kota Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Pengunjung menyantap makanan di salah satu restoran di sebuah pusat perbelanjaan di Tajur, Kota Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Pusat perbelanjaan atau mal di Kota Bogor, Jawa Barat, sudah kembali beroperasi secara penuh selama dua pekan. Hanya saja, pengunjung yang datang masih sepi, lantaran adanya pembatasan usia pengunjung.

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Bogor, Ganjar Gunawan, mengatakan, belum ada peningkatan pengunjung yang signifikan pada pusat perbelanjaan selama dua pekan ini.

“Kondisi retail masih drop. Belum. Masih menjerit. Saya bilang pusat perbelanjaan dan retail masih menjerit, masih turun, belum ada peningkatan signifikan karena dibuka juga masih sepi,” ujar Ganjar kepada Republika, Jumat (17/9).

Dia memaparkan, traffic kunjungan ke pusat perbelanjaan rata-rata masih berada di angka 30 persen. “Saat ini traffic pengunjung dari normal ke sekarang maksimal banget di 30 persen dari normal. Jadi jauh banget,” ujarnya.

Ganjar menyebutkan, penyebab sepinya pengunjung di pusat perbelanjaan akibat adanya aturan dari aplikasi PeduliLindungi. Di mana belum semua masyarakat siap dengan konsep tersebut. Misalnya, ada masyarakat yang ponselnya tidak memadai untuk mengunduh aplikasi tersebut.

Kedua, sambung dia, adanya pembatasan usia pengunjung pusat perbelanjaan. Pada Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 42 Tahun 2021 tentang PPKM Level 2-4 di Jawa-Bali, pengunjung usia di bawah 12 tahun belum diizinkan untuk masuk ke pusat perbelanjaan.

Sehingga, Ganjar mengatakan, Pemkot Bogor menanti adanya aturan baru dari pemerintah pusat mengenai pembatasan usia tersebut. “Masih dibahas. Mudah-mudahan ini mengubah situasi. Karena kasihan ini (pusat perbelanjaan) daripada bangkrut kan,” tuturnya.

Dengan sepinya pengunjung, sejumlah pemilik mal dan tenant merasa kebingungan karena tidak ada pembeli. Sehingga, kata dia, sejumlah pusat perbelanjaan menurunkan service level. Di antaranya, Ganjar menyebutkan, dengan mematikan AC di sejumlah titik, juga sebagian lift atau eskalator.

“Jadi kuncinya ada di aturan pengunjung. Misal aturan kelonggaran anak di bawah 12 tahun boleh masuk. Karena kan keluarga yang bawa anak misal mau makan, nggak mungkin anaknya ditinggal. Termasuk nonton bioskop juga,” pungkasnya.

Terpisah, Chief Marketing Communication (Marcomm) Mal BTM Chatarina Intan mengatakan, selama dua pekan beroperasi penuh, Chintan mengakui sudah ada peningkatan pengunjung. Hanya saja belum mencapai maksimal.

“Masih belum maksimal, pengunjung per hari sekitar 3.000 (pengunjung), jauh dari kapasitas 30 ribu,” paparnya.

Kata dia, pada hari biasanya atau weekdays, rata-rata pengunjung sebelum PPKM mencapai 10 ribu pengunjung per hari, dan akhir pekan bisa mencapai 20 ribu hingga 25 ribu pengunjung.

Communication Plaza Lippo Ekalokasari, Taufan, juga mengatakan hal yang sama. Bahkan, dia menyebut, kunjungan terakhir baik pada masa Lebaran, hanya saja kembali turun ketika beberapa pekan tutup kembali.

“Kunjungan ada dari setelah penutupan, cuma tidak signifikan, seperti sebelum PPKM,” kata Taufan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement