Rentetan Duka Mahasiswa UAD Sebelum Raih Beasiswa
Red: Yusuf Assidiq
Kampus UAD Yogyakarta. | Foto: Yusuf Assidiq.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Nona Carolina harus menerima kenyataan ditinggal kedua orang tuanya beberapa waktu lalu. Akan tetapi, ia kemudian mendengar kabar gembira menerima beasiswa di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Tidak berhenti di situ, mahasiswa baru dari Kediri ini harus menelan duka kembali pada saat tes wawancara. Kakeknya meninggal dunia.
Rentetan duka yang menimpanya itu tidak lantas mengendurkan perempuan yang hobi membaca tersebut. Ia ingin aktif di organisasi dan meraih prestasi sebanyak-banyaknya di UAD. “Saya ingin ikut organisasi yang ada di Fakultas Kesehatan dan ingin aktif di debat bahasa Inggris,” kata Nona saat diwawancarai.
Nona mengaku sangat bahagia bercampur rasa haru ketika dinyatakan lulus seleksi tahap akhir di UAD. “Tak pernah terbayangkan saya dapat menimba ilmu di Kota Pendidikan, Yogyakarta. Terlebih diterima di UAD, kampus swasta bergengsi di Yogyakarta yang banyak mencetak mahasiswa prestasi,” ujarnya.
Lebih lanjut Nona bercerita, ia mendapatkan beasiswa jalur Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah) di UAD. Sebelumnya ia berhasil mengalahkan pesaingnya yang berjumlah 2.900 peserta.
Kepala Bidang Pengembangan Karakter dan Kesejahteraan UAD, Caraka Putra Bhakti SPd MPd menegaskan, yang mendaftar beasiswa KIP kuliah sebanyak 2.900 pendaftar. Dari jumlah tersebut, diseleksi lagi hingga menjadi 100 pendaftar.
Lantas dipilih 44 pendaftar sebagai hasil akhir. “Selain memenuhi syarat KIP yang ketat, Nona sangat tepat mendapatkan beasiswa tersebut karena kakek nenek dan kedua orang tuanya sudah meninggal. Beasiswa KIP memang diperuntukkan bagi orang yang kurang mampu. Tapi tetap seleksi. Dan seleksinya sangat ketat,” kata dia.
Caraka mengatakan, dengan seleksi ketat tersebut pihaknya berharap Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) di UAD bersaing ketat di internal UAD. Dengan persaingan yang ketat tersebut mahasiswa akan lebih siap untuk mengikuti MAWAPRES yang diadakan oleh Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Nona pun mengaku, untuk dapat masuk ke Fakultas Kesehatan (Kesmas) butuh perjuangan berdarah. “Prodi dengan persaingan paling ketat jalur KIP. Tapi alhamdulillah akhirnya saya diterima,” ujarnya.