Jumat 17 Sep 2021 19:45 WIB

KKP Jadikan Aceh Timur Produsen Udang Vaname

KKP mengejar produktivitas dengan budidaya udang vaname berkelanjutan

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono (kanan) meninjau tempat penetasan (hatchery) udang vaname di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujong Bate, Aceh Besar, Aceh, Rabu (8/9/2021). Budidaya udang vaname berpotensi memenuhi permintaan ekspor sejumlah negara ASEAN, juga dapat dimanfaatkan untuk bahan baku berbagai produk UMKM sebagai upaya mendukung program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/rwa.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono (kanan) meninjau tempat penetasan (hatchery) udang vaname di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujong Bate, Aceh Besar, Aceh, Rabu (8/9/2021). Budidaya udang vaname berpotensi memenuhi permintaan ekspor sejumlah negara ASEAN, juga dapat dimanfaatkan untuk bahan baku berbagai produk UMKM sebagai upaya mendukung program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi udang nasional sebanyak dua juta ton per tahun pada 2024. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, KKP, Tb Haeru Rahayu, mengatakan, untuk mewujudkan hal tersebut, melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) telah mendorong program terobosan untuk menggenjot produktivitas dan kontinuitas budidaya udang di Indonesia yakni melalui pengembangan budidaya tambak udang vaname berkelanjutan. 

"Salah satu lokasi yang menjadi daerah produksi budidaya udang tersebut adalah Kabupaten Aceh Timur," ujar Haeru dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (17/9).

Menurut Haeru, udang merupakan komoditas ekspor unggulan yang diharapkan memberi kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pasalnya pasar ekspor udang sangat besar, dan Indonesia menjadi salah satu dari lima produsen udang terbesar di dunia. Oleh karenanya, produksi udang nasional harus didorong terus. Untuk mengejar itu, harus mampu memanfaatkan daerah potensial produksi salah satunya Aceh Timur ini. 

"Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono sebelumnya mengatakan saat berkunjung ke tempat tambak udang di Aceh Timur, karena kita ingin mencapai target dua juta ton per tahun pada 2024. Aceh Timur masuk dalam radar produksi karena punya kontribusi yang cukup besar dan infrastrukturnya menunjang," ungkap Haeru.

Haeru mengatakan peningkatan produksi udang merupakan salah satu dari tiga program terobosan KKP periode 2021-2024. Oleh karenanya, produksinya akan terus digenjot. Caranya, dengan terus menyosialisasikan budidaya udang sistem intensif, dengan menyiapkan strategi peningkatan produksi udang nasional melalui intensifikasi teknologi. Namun demikian, Haeru menegaskan upaya upaya tersebut harus dilakukan secara terukur. 

"Sudah menjadi keharusan seiring kemajuan teknologi budidaya ikan dan udang, teknologi menjadi suatu prioritas agar produksi bisa lebih maksimal. Makanya KKP dorong tambak tradisional untuk ditingkatkan teknologinya sehingga memiliki produktivitas optimal," tambah Haeru.

Haeru menilai upaya ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo bahwa komoditas udang diharapkan bisa membantu perekonomian nasional dengan menargetkan peningkatan ekspor udang nasional sebesar 250 persen pada 2024. Meski begitu proses budidayanya tetap mengacu pada prinsip produksi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. 

"Target produksi memang sangat penting guna menunjang nilai tambah ekonomi, sehingga kesejahteraan pembudidaya meningkat. Di sisi lain, aspek lingkungan juga faktor yang paling utama. Untuk itu, pola pengelolaan dengan mempertimbangkan kualitas lingkungan juga menjadi suatu keharusan," ucap Haeru.

Kata Haeru, salah satu upaya untuk meningkatkan produksi dan menjaga kualitas lingkungan yaitu melalui program revitalisasi tambak tambak udang tradisional menjadi Model Klaster Tambak Udang Vaname Berkelanjutan.

Haeru menyebut model ini prinsipnya mengatur desain dan tata letak tambak udang yang terdiri dari petak pembesaran, petak tandon dan petak reservoir. Selain itu menggunakan benih dan sarana produksi yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan produktivitas tambak. 

"Salah satu daerah yang mempunyai potensi ini adalah Aceh Timur, sebab kondisi air dan lahannya sangat cocok untuk pengembangan tambak udang," kata Haeru menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement