REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Yuanda Zara, Staf pengajar Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta
Desain logo resmi kongres itu juga sudah dibuat, menggambarkan seorang petani bercaping yang mengayunkan cangkulnya untuk menggarap tanah dengan sinar Muhammadiyah terpancar di latar belakang. Memang, salah satu tema yang akan dibahas di dalam kongres itu ialah mengenai perekonomian, tepatnya soal ‘landbouw’ atau pertanian.
Pendeknya, persiapan sudah sangat matang dan kongresnya tinggal menunggu dibuka saja. Akan tetapi, pada saat yang sama, Hindia Belanda dan dunia tidak sedang baik-baik saja.
Di Eropa, Nazi Jerman telah menduduki Belanda sejak 10 Mei 1940. Ini membuat khawatir banyak pihak di tanah jajahannya, Hindia Belanda, mengingat sekutu Nazi di Asia, Jepang, juga sedang melancarkan berbagai tindakan ofensif di luar negeri mereka.
Jepang dan tetangganya yang lebih besar, Cina, sudah berperang sejak paroh kedua dekade 1930an, sementara di awal era 1040an itu Balatentara Dai Nippon mulai menyerang ke arah selatan. Pangkalan Amerika Serikat (AS) di Pearl Harbor (Hawaii) dibombardir Jepang pada 7 Desember 1941 (17 hari sebelum kongres ke-30 Muhammadiyah rencananya akan dibuka). Sehari kemudian, AS menyatakan perang dengan Jepang.
Bulan Desember itu juga menjadi bulan yang mengerikan bagi Asia Tenggara, yang menyaksikan wilayah yang amat luas ini jatuh ke tangan Dai Nippon. Dalam hitungan hari, satu per satu wilayah di daratan (mainland) Asia Tenggara direbut Jepang.
Thailand menyerah pada 8 Desember 1941, lalu menyusul Burma, Filipina, Malaya, dan Hindia Belanda pada bulan-bulan berikutnya. Artinya, situasi di Hindia Belanda telah memburuk dengan sangat cepat di akhir tahun 1941, yang membuat berbagai rencana untuk mengadakan kegiatan-kegiatan berskala masif dan melibatkan banyak orang di kota terpaksa dibatalkan. Fokus kini dialihkan pada menjaga keamanan dan keselamatan.
Situasi yang kian berbahaya ini dibaca pula oleh Muhammadiyah. Setelah kegiatan persiapan kongres ke-30 dilakukan dengan sangat aktif pada paroh pertama hingga ke pertengahan tahun 1941, terjadi pergeseran fokus sejak November 1941, atau sebulan sebelum kongres dibuka. Bersambung....