REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Bencana terkait iklim telah mempengaruhi kehidupan setidaknya 139,2 juta orang dan menewaskan sekitar 17.242 orang sejak awal Covid-19. Menurut Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) dan Pusat Iklim Palang Merah Bulan Sabit Merah, ada tambahan sebanyak 658,1 juta orang telah terpapar suhu ekstrem.
"Dunia menghadapi krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di mana perubahan iklim dan Covid-19 mendorong masyarakat ke batas mereka," kata Presiden IFRC Francesco Rocca pada konferensi pers di New York yang mempresentasikan laporan baru, dilansir laman Anadolu Agency, Jumat (17/9).
Rocca mengatakan, menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB yang dikenal sebagai COP26, pihaknya mendesak para pemimpin dunia untuk mengambil tindakan segera, tidak hanya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga untuk mengatasi dampak kemanusiaan yang ada dan akan segera terjadi akibat perubahan iklim. COP26 sendiri akan berlangsung di Glasgow, Skotlandia antara 31 Oktober hingga November 2021.
"Pengeluaran besar-besaran dalam pemulihan Covid-19 membuktikan bahwa pemerintah dapat bertindak cepat dan drastis dalam menghadapi ancaman global," kata Rocca.
Rocca menambahkan, saat ini telah waktunya mengubah kata-kata menjadi tindakan. Dia meminta semua pihak untuk mencurahkan energi yang sama untuk krisis iklim.
“Setiap hari, kita menyaksikan dampak perubahan iklim buatan manusia. Krisis iklim ada di sini, dan kita perlu bertindak sekarang," ujarnya.