Sabtu 18 Sep 2021 06:37 WIB

UE Ragu Vaksin AstraZeneca Berisiko pada Perempuan

Keterbatasan pengumpulan data membuat Uni Eropa tak dapat mengidentifikasi risiko

Red: Nur Aini
Botol vaksin virus corona AstraZeneca
Foto: AP/Virginia Mayo
Botol vaksin virus corona AstraZeneca

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Regulator obat Uni Eropa tidak dapat memastikan dari data yang tersedia jika perempuan dan orang dewasa muda berisiko lebih tinggi mengalami pembekuan darah langka dengan kadar trombosit rendah setelah mendapatkan vaksin Covid-19 AstraZeneca.

Keterbatasan dalam pengumpulan data membuat Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) tidak dapat mengidentifikasi faktor risiko spesifik apa pun yang memicu kondisi tersebut --trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS)-- lebih mungkin terjadi, kata EMA pada Jumat (18/9). Komisi Eropa meminta pendapat ilmiah dari EMA setelah laporan TTS dikaitkan dengan vaksin Vaxzevria awal tahun ini yang menyebabkan banyak negara Uni Eropa menangguhkan penggunaan vaksin yang pernah menjadi kunci dalam skema inokulasi di kawasan tersebut.

Baca Juga

EMA menegaskan bahwa dosis kedua vaksin AstraZeneca yang dikembangkan bersama Universitas Oxford itu tetap diberikan dengan jarak waktu 4-12 pekan setelah dosis pertama. "Tidak ada bukti bahwa penundaan dosis kedua berpengaruh apa pun pada risiko TTS," kata EMA.

Badan itu juga mengatakan tidak ada rekomendasi yang dapat diberikan saat ini dalam penggunaan vaksin yang berbeda untuk dosis kedua setelah mendapat dosis pertama vaksin AstraZeneca.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement