Sabtu 18 Sep 2021 13:22 WIB

Kata FDA Soal Rencana Pemberian Booster bagi Warga AS

FDA mengkhawatirkan efek samping vaksinasi jika pemnerian booster dilakukan.

Rep: Puti Almas/ Red: Friska Yolandha
Petugas kesehatan menunjukkan vaksin Pfizer buatan perusahaan farmasi Amerika Serikat. Penasihat Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) memberikan suara yang menentang diizinkannya booster atau dosis tambahan vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) diberikan kepada orang-orang berusia di atas 16 tahun.
Foto: npr.org
Petugas kesehatan menunjukkan vaksin Pfizer buatan perusahaan farmasi Amerika Serikat. Penasihat Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) memberikan suara yang menentang diizinkannya booster atau dosis tambahan vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) diberikan kepada orang-orang berusia di atas 16 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) memberikan suara yang menentang diizinkannya booster atau dosis tambahan vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) diberikan kepada orang-orang berusia di atas 16 tahun. Namun, panel penasihat yang terdiri dari tim ahli kesehatan mendukung booster diberikan kepada orang-orang berusia lebih lanjut. 

Anggota panel menyatakan keprihatinan atas kurangnya data keamanan dari salah satu perusahaan pengembang dosis tambahan vaksin, yaitu Pfizer. Secara khusus dalam hal pemberian kepada kelompok orang di usia lebih muda. 

Pemungutan suara berlangsung dengan menghasilkan 16 banding dua. Panel penasihat juga meragukan diperlukannya booster secara massal diberikan kepada warga Amerika. 

Penolakan rencana pemberian booster vaksin COVID-19 menjadi pukulan bagi pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang dipimpin oleh Presiden Joe Biden untuk menawarkan pemberian dosis tambahan tersebut. Panel Alti menilai masih banyak kekhawatiran memberi vaksin tambahan atau ketiga kepada orang yang lebih muda. 

Cody Meissner dari Tufts Medical Center mengatakan dia khawatir tentang dosis tambahan yang diberikan kepada kelompok usia yang lebih muda. Hal ini mengingat adanya risiko peradangan jantung terlihat pada laki-laki yang lebih muda setelah suntikan kedua. 

“Saya tidak berpikir booster akan berkontribusi secara signifikan untuk mengendalikan pandemi COVID-19,” ujar Meissner.

Paul Offit yang merupakan ahli vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia lebih bersedia untuk mendukung dosis ketiga untuk mereka yang berusia di atas 60 tahun. Namun, ia berkata masih khawatir terhadap efek samping dalam pemberian booster orang-orang di usia 16 tahun.

Amanda Cohn merasa dorongan dan ketegasan harus diberikan pada orang-orang yang belum divaksinasi. Ia menyebut apa yang jelas saat ini adalah bahwa mereka yang tidak divaksinasi mendorong penularan di Amerika.

Pada Agustus, Biden mengumumkan rencana yang akan membuat setiap orang dewasa Amerika menerima suntikan booster delapan bulan setelah menerima suntikan kedua. Ia mengatakan bahwa tindakan ekstra akan membuat orang Amerika lebih aman. 

Namun, para ilmuwan terkemuka mempertanyakan arti dalam memberikan booster saat pandemi masih berlangsung saat ini. Peninjau vaksin FDA bergabung dengan ilmuwan internasional terkemuka dalam sebuah makalah yang menolak dosis tambahan pada orang sehat.

FDA sekarang harus membuat keputusan berdasarkan rekomendasi panel ahli, yang akan diharapkan dalam beberapa hari mendatang. Namun bukan hanya FDA yang perlu menandatangani rencana vaksin booster, di mana ini juga harus melewati pengawasan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement