Sabtu 18 Sep 2021 23:10 WIB

Sekjen PBB: Kegagalan Kurangi Emisi Global Ciptakan Bencana

Kegagalan untuk mengurangi emisi global membuat dunia berada pada jalur bencana

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 FILE - Dalam arsip foto Rabu, 16 Juni 2021 ini, petugas pemadam kebakaran bekerja di lokasi kebakaran hutan di dekat desa Andreyevsky di luar Tyumen, Siberia barat, Rusia. Kebakaran hutan di Siberia melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca, kata para ilmuwan, yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Setiap tahun, ribuan kebakaran hutan melanda sebagian besar wilayah Rusia, menghancurkan hutan dan menyelimuti wilayah yang luas dengan asap tajam.
Foto: AP/Maksim Slutsky
FILE - Dalam arsip foto Rabu, 16 Juni 2021 ini, petugas pemadam kebakaran bekerja di lokasi kebakaran hutan di dekat desa Andreyevsky di luar Tyumen, Siberia barat, Rusia. Kebakaran hutan di Siberia melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca, kata para ilmuwan, yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Setiap tahun, ribuan kebakaran hutan melanda sebagian besar wilayah Rusia, menghancurkan hutan dan menyelimuti wilayah yang luas dengan asap tajam.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres telah memperingatkan kegagalan untuk mengurangi emisi global membuat dunia berada pada jalur bencana. Kondisi ini menempatkan bumi menuju pemanasan 2,7 derajat Celcius.

Sebuah laporan PBB tentang janji emisi 191 negara menemukan bahwa mereka tidak akan memenuhi ambisi perjanjian iklim Paris 2015. Dalam momen itu, para pemimpin negara berjanji membatasi pemanasan global yang disebabkan manusia hingga 1,5 Celcius di atas suhu pra-industri

Baca Juga

Dilansir Aljazirah pada Sabtu (18/9), Guterres menyatakan dunia berada di jalur bencana menuju pemanasan 2,7 derajat Celcius. Protes ini disampaikan hanya beberapa pekan sebelum pembicaraan genting di Konferensi Tingkat Tinggi COP26 pada November yang bertujuan untuk mengamankan tindakan iklim yang lebih ambisius.

Analisis PBB yang baru mengatakan di bawah janji negara-negara saat ini, emisi global akan 16 persen lebih tinggi pada 2030 daripada pada 2010. Angka itu jauh dari pengurangan 45 persen pada 2030 yang menurut para ilmuwan diperlukan untuk mencegah bencana perubahan iklim.

PBB mengungkapkan tanpa komitmen yang lebih ambisius, suhu global bisa mencapai 2,7 Celcius di atas tingkat pra-industri pada akhir abad ini. Kondisi itu akan melepaskan efek yang jauh lebih dahsyat daripada negara-negara yang sudah hancur di seluruh dunia akibat bencana alam seperti banjir fatal hingga kebakaran hutan dan badai.

"Secara keseluruhan angka emisi gas rumah kaca bergerak ke arah yang salah. Itu tidak cukup, apa yang kita miliki di atas meja," kata Kepala Iklim PBB Patricia Espinosa.

Espinosa mengatakan telah menerima sinyal yang sangat positif dalam pembicaraan dengan beberapa negara. Mereka telah berkomitmen baru akan tiba sebelum KTT COP26 di Glasgow, tanpa menyebutkan negara mana pun.

Amerika Serikat dan 27 negara Uni Eropa yang merupakan penghasil emisi terbesar kedua dan ketiga di dunia setelah China termasuk di antara yang menetapkan target pengurangan emisi yang lebih ketat tahun ini. Negara-negara yang bertanggung jawab atas sekitar setengah emisi dunia belum melakukannya. China, India, dan Arab Saudi termasuk di antaranya.

Brasil dan Meksiko mengajukan janji terbaru yang menurut para analis akan menyebabkan emisi yang lebih tinggi daripada target negara-negara tersebut sebelumnya. Presiden COP26 Alok Sharma mengatakan tanpa tindakan dari semua negara, terutama ekonomi terbesar, upaya ini berisiko sia-sia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement