Ahad 19 Sep 2021 09:00 WIB

Taliban Baru Izinkan Anak Laki-Laki yang Boleh Sekolah

Para siswi sekolah menengah mengaku terpukul karena belum bisa kembali ke sekolah.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Perempuan Afghanistan tengah belajar. Ketika di masa kekuasaan pertama Taliban pada 20 tahun silam mereka dilarang bersekolah.
Foto: Al Jazeera
Perempuan Afghanistan tengah belajar. Ketika di masa kekuasaan pertama Taliban pada 20 tahun silam mereka dilarang bersekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban telah mengecualikan anak perempuan dari sekolah menengah Afghanistan. Sementara anak laki-laki dan guru laki-laki diizinkan kembali ke ruang kelas.

Para siswi sekolah menengah mengatakan, mereka sangat terpukul karena tidak bisa kembali ke sekolah. Sementara, para pejabat Taliban mengatakan, mereka sedang berupaya untuk mencapai keputusan mengenai masalah tersebut.

Baca Juga

"Semuanya terlihat sangat gelap," kata seorang siswi sekolah menengah, dilansir BBC, Ahad (19/9).

Menjelang pembukaan kembali seluruh sekolah di Afghanistan, Taliban mengatakan bahwa semua guru dan siswa laki-laki harus kembali ke lembaga pendidikan mereka. Sekolah menengah biasanya untuk siswa berusia antara 13 dan 18 tahun.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid yang dikutip oleh Kantor Berita Bakhtar Afghanistan mengatakan, sekolah perempuan akan segera dibuka. Menurutnya, para pejabat saat ini sedang mengerjakan prosedur dan rinciannya termasuk pembagian guru.

Mujahid mengatakan kepada BBC, para pejabat juga mencoba untuk memilah-milah transportasi untuk siswi senior. Para siswi dan orang tua mereka pada Sabtu (18/9) mengatakan, prospek hak pendidikan bagi anak perempuan di bawah pemerintahan Taliban sangat suram.

 "Saya sangat khawatir tentang masa depan saya. Semuanya terlihat sangat gelap. Setiap hari saya bangun dan bertanya pada diri sendiri mengapa saya hidup? Haruskah saya tinggal di rumah dan menunggu seseorang mengetuk pintu dan meminta saya untuk menikah dengannya? Apakah ini tujuan menjadi seorang wanita?," kata seorang siswi Afghanistan, yang berharap menjadi pengacara.

Seorang siswi lain yang berusia 16 tahun dari Kabul mengatakan, keputusan pemerintahan Taliban sangat menyedihkan. Mimpi siswi itu untuk menjadi dokter telah sirna. Taliban, kata ia, tidak ingin anak perempuan menjadi terdidik.

 "Saya ingin menjadi dokter, dan mimpi itu telah sirna. Saya tidak berpikir mereka akan membiarkan kita kembali ke sekolah. Bahkan jika mereka membuka sekolah menengah lagi, mereka tidak ingin perempuan terdidik," kata siswi itu.

Awal pekan ini, Taliban mengumumkan bahwa perempuan diizinkan untuk belajar di universitas. Tetapi ruang kelas mereka akan dipisah dengan siswa laki-laki. Selain itu, siswa perempuan harus mengenakan pakaian yang tertutup.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement