Ahad 19 Sep 2021 15:27 WIB

Pemimpin Dunia Bahas Pandemi dan Iklim di Sidang Umum PBB

Sidang ke-76 PBB dilakukan dalam format hibrida atau campuran kehadiran dan virtual.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Layar memperlihatkan Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato yang telah direkam sebelumnya pada Sidang Majelis Umum ke-75 PBB secara virtual di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu (23/9/2020). Para pemimpin dunia akan kembali bertemu di PBB pekan ini membicarakan fokus pada peningkatan upaya memerangi perubahan iklim dan pandemi Covid-19.
Foto: ANTARA/HO/Kemenlu
Layar memperlihatkan Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato yang telah direkam sebelumnya pada Sidang Majelis Umum ke-75 PBB secara virtual di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu (23/9/2020). Para pemimpin dunia akan kembali bertemu di PBB pekan ini membicarakan fokus pada peningkatan upaya memerangi perubahan iklim dan pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Para pemimpin dunia akan kembali bertemu di PBB pekan ini membicarakan fokus pada peningkatan upaya memerangi perubahan iklim dan pandemi Covid-19. Pertemuan Tingkat Tinggi Sidang Majelis Umum (SMU) ke-76 PBB di gelar di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat (AS) dalam format hibrida atau campuran kehadiran dan virtual.

Oleh karena pandemi Covid-19 masih mengamuk di tengah peluncuran vaksin yang tak merata, sekitar sepertiga dari 193 negara di PBB berencana kembali menyampaikan pidato secara pre-recorded. Namun presiden SMU yang baru, Menteri Luar Negeri Maladewa Abdulla Shahid, perdana menteri sebagai negara, dan menteri luar negeri negara-negara akan hadir di New York.

AS mencoba untuk mencegah para pemimpin datang ke New York dalam upaya mencegah acara ini menjadi pusat penyebaran virus. Vaksinasi menjadi persyaratan untuk masuk ke markas PBB.

Namun syarat vaksin bisa saja luntur ketika negara pertama yang pidato di SMU adalah Brasil. Presiden Brasil Jair Bolsonaro menyatakan, tidak memerlukan suntikan vaksin karena dia sudah kebal setelah terinfeksi Covid-19.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa diskusi seputar berapa banyak diplomat perjalanan yang mungkin telah divaksin menggambarkan betapa dramatisnya ketidaksetaraan saat ini dalam kaitannya dengan vaksinasi. Dia mendorong rencana global untuk memvaksinasi 70 persen populasi dunia pada paruh pertama tahun depan.

Dari 5,7 miliar dosis vaksin virus corona yang diberikan di seluruh dunia, hanya 2 persen yang berada di Afrika. Presiden AS Joe Biden direncanakan akan berbicara secara langsung di SMU kali ini. Biden direncanakan akan berada di New York selama 24 jam bertemu dengan Guterres pada Senin (20/9), dan menyampaikan pidato pertama di PBB pada Selasa (21/9) setelah Bolsonaro.

Biden juga dijadwalkan akan menjadi tuan rumah pertemuan virtual dari Washington dengan para pemimpin dan kepala eksekutif pada Rabu yang bertujuan untuk meningkatkan distribusi vaksin secara global. Utusan PBB Linda Thomas-Greenfield, mengatakan Biden akan berbicara dengan prioritas utama AS yakni mengakhiri pandemi Covid-19, memerangi perubahan iklim dan membela hak asasi manusia, demokrasi, dan tatanan berbasis aturan internasional.

Dirjen Multilateral Kementerian Luar Negeri RI Febrian Alphyanto Ruddyard mengatakan, Indonesia akan menyampaikan isu utama soal pandemi yakni tantangan pandmei yang belum usai soal ketimpangan vaksinasi global. Isu lain yang bakal diangkat Indonesia yakni tentang menjaga ketertiban dunia dan perdamaian dunia melalui dialog dan solusi politik. Dalam hal ini, Indonesia akan mengangkat isu Palestina, Afghanistan dan Myanmar.

Di antara topik lain yang diharapkan akan dibahas oleh para menteri selama sepekan ini adalah Afghanistan dan Iran. Ketika para ilmuwan memperingatkan bahwa pemanasan global hampir tidak terkendali, konferensi COP26 PBB bertujuan untuk memeras tindakan iklim yang jauh lebih ambisius dan uang untuk ikut serta dari peserta di seluruh dunia.

"Sudah waktunya untuk membaca bel alarm," kata Guterres kepada Reuters pekan lalu. "Kami berada di ambang jurang maut."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement