Ahad 19 Sep 2021 15:58 WIB

Ini Kronologi Kasus Penembakan Ustaz di Tangerang

Tim Labfor Polri menemukan proyektil di tempat kejadian perkara.

Rep: Eva Rianti/ Red: Agus Yulianto
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Kepolisian mendalami kasus penembakan seorang ahli pengobatan alternatif yang juga seorang ustaz bernama Alex di kawasan Pinang, Kota Tangerang, Banten. Dia meninggal usai tubuhnya terkena tembakan dalam insiden yang terjadi pada Sabtu (18/9) malam itu.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan, pihaknya telah mengumpulkan keterangan dari sejumlah saksi. Dia menjelaskan, kronologi singkat ihwal insiden yang memakan korban jiwa itu.   

“Sabtu, 18 September sekitar 18.30 WIB, berdasarkan keterangan saksi mendengar adanya bunyi letusan senjata. Kemudian melihat ada korban yang tergeletak dengan kondisi tertembak di daerah Kunciran, Kecamatan Pinang, Tangerang,” ujar Yusri dalam keterangannya, Ahad (19/9).

Usai tertembak, korban langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Namun, nahas, nyawanya tidak tertolong. “Korban dibawa ke Rumah Sakit Mulya. Yang bersangkutan meninggal dunia dengan luka tembak,” tuturnya.  

Yusri mengatakan, saat ini, kepolisian tengah menunggu hasil autopsi korban. Dia memastikan, pihaknya akan terus mendalami dan menyelidiki kasus tersebut.

“Sekarang Polres Tangerang Kota dibantu oleh Polda Metro Jaya sedang menyelidiki. Kami sudah mendatangi TKP dan olah TKP bersama Labfor. Kami juga telah minta keterangan saksi-saksi. Kami lagi menunggu hasil autopsi dari rumah sakit, kemudian hasil lab proyektil karena memang di TKP ditemukan proyektil, kami tunggu hasil dari Labfor,” ucapnya.

Pihaknya juga menganalisis alat bukti kamera tersembunyi atau CCTV yang ada di area TKP. “Kami juga analisis CCTV di sekitar TKP, penembakan terjadi saat keadaan sudah mulai gelap, jam 18.30 WIB,” kata dia. 

Sementara itu, terkait dengan identitas korban, berdasarkan informasi yang diperoleh, Yusri menyebut, korban merupakan seorang tokoh agama di lingkungan sekitar. “Memang dia adalah Ketua Majelis Taklim di kompleksnya, tapi dia juga bekerja 20 tahun sebagai ahli pengobatan alternatif,” ungkapnya. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement