REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- UNICEF menyambut positif kabar dibukanya kembali sekolah menengah di Afghanistan setelah ditutup selama berbulan-bulan. Namun karena kali ini Taliban yang berkuasa, mereka khawatir anak-anak perempuan di negara tersebut tak diizinkan bersekolah.
“Kami sangat khawatir banyak gadis mungkin tidak diizinkan kembali (bersekolah) saat ini,” kata UNICEF dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Mehr News Agency, Ahad (19/9).
UNICEF menekankan, anak-anak perempuan di Afghanistan tak boleh dibiarkan tidak bersekolah. Sangat penting bahwa semua anak perempuan, termasuk anak perempuan yang lebih tua, dapat melanjutkan pendidikan mereka tanpa penundaan lebih lanjut. "Untuk itu, kami membutuhkan guru perempuan untuk melanjutkan mengajar,” katanya.
UNICEF mengungkapkan, sebelum Afghanistan dilanda krisis kemanusiaan, terdapat 4,2 juta anak di sana tak bersekolah. Sekitar 60 persen dari mereka adalah anak perempuan. “Setiap hari anak perempuan kehilangan pendidikan adalah kesempatan yang terlewatkan bagi mereka, keluarga mereka, dan komunitas mereka,” kata UNICEF.
Kendati demikian, UNICEF menyebut terdapat kemajuan signifikan dalam pendidikan di Afghanistan selama dua dekade terakhir. Jumlah sekolah meningkat tiga kali lipat. Peserta didik bertambah dari 1 juta menjadi 9,5 juta. “Ini adalah peningkatan penting bagi anak-anak negara yang harus kita hormati dan lindungi,” ucapnya.
UNICEF mendesak para mitranya untuk mendukung pendidikan bagi semua anak di Afghanistan. “UNICEF akan terus melakukan advokasi dengan semua aktor sehingga semua anak perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk berkembang dan membangun Afghanistan yang damai dan produktif,” kata UNICEF.