Senin 20 Sep 2021 00:15 WIB

Siswi Ragukan Janji Taliban Buka Sekolah Khusus Perempuan

Taliban menyisakan siswa lelaki serta para guru lelaki dan mengeluarkan siswinya.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Andi Nur Aminah
Anak-anak perempuan berjalan ke sekolah mereka sebelum kelas di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).
Foto: AP/Felipe Dana
Anak-anak perempuan berjalan ke sekolah mereka sebelum kelas di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban diketahui telah mengeluarkan para pelajar perempuan dari sekolah menengah di Afghanistan, dan hanya menyisakan murid lelaki serta para guru lelaki. Menanggapi hal tersebut, para siswi mengaku kepada media bahwa mereka sangat terpukul atas keputusan tersebut. "Semuanya terlihat sangat suram," kata seorang pelajar dikutip BBC, Ahad (19/9).

Ditanya hal itu, para pejabat Taliban mengaku bahwa mereka masih bekerja untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal itu, menjadi sorotan banyak pihak, terlebih, ketika banyak yang menyinggung upaya Taliban pada 1990-an silam yang juga membatasi hak perempuan dalam menuntut ilmu. 

Kendati demikian, saat awal merebut kekuasaan, Taliban mengklaim bahwa perempuan ke depannya akan diizinkan untuk menuntut ilmu dan bekerja sesuai dengan interpretasi terhadap hukum agama Islam. Walaupun, nyatanya para wanita setempat masih diperintahkan Taliban untuk diam di rumah hingga keamanan membaik.

Hingga kini, dilaporkan, banyak perempuan yang melakukan demonstrasi dan memrotes pemerintahan sementara. Menanggapinya, Taliban dilaporkan memukuli mereka. Bahkan, Taliban juga menutup kementerian urusan perempuan dan menggantinya dengan departemen yang pernah menegakkan doktrin agama ketat.

Kekhawatiran Masa Depan

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, sekolah khusus perempuan akan segera dibuka. Menurut dia, para pejabat yang mengurusinya saat ini sedang mengerjakan prosedur pembukaan dan transportasinya, termasuk bagi para guru nantinya.

Namun demikian, para siswi dan orang tua mereka mengaku jika prospek janji itu akan suram. "Saya sangat khawatir tentang masa depan saya," kata seorang siswi Afghanistan, yang berharap menjadi pengacara.

Seorang siswi lain di Kabul tanpa mau disebut namanya, mengatakan, kepemimpinan Taliban adalah hari-hari yang menyedihkan. "Saya ingin menjadi dokter! Dan mimpi itu telah sirna. Saya tidak berpikir mereka akan membiarkan kita kembali ke sekolah. Bahkan jika mereka membuka sekolah menengah lagi, mereka tidak ingin perempuan terdidik," ujar dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement