REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Wali kota sementara Kabul, Hamdullah Namony, mengatakan Taliban telah memerintahkan ratusan perempuan yang bekerja di kota tersebut untuk tinggal di rumah. Perintah itu menimbulkan pertanyaan tentang apakah Taliban bakal membatasi atau bahkan melarang aktivitas perempuan di ruang publik.
Saat memberi keterangan pers pada Ahad (19/9), Namony mengungkapkan, berdasarkan instruksi Taliban, hanya perempuan yang tak bisa digantikan oleh lelaki diizinkan melapor untuk bekerja. Menurut dia, itu termasuk pekerja terampil di departemen desain dan teknik serta petugas wanita di toilet umum untuk perempuan.
Namony mengatakan, keputusan akhir tentang pegawai perempuan di departemen kota Kabul masih tertunda. Gaji mereka bakal ditarik sementara. Namony menyebut, sebelum Taliban mengambil alih Afghanistan bulan lalu, hanya sepertiga dari hampir 3.000 pegawai kota adalah perempuan yang bekerja di semua departemen.
Taliban sempat berjanji akan bersikap lebih moderat setelah mereka berhasil menguasai Afghanistan pada 15 Agustus lalu. Itu termasuk dengan memberikan ruang kepada perempuan untuk bekerja dan menempuh pendidikan.
Saat Taliban memerintah Afghanistan pada 1996-2001, mereka melarang perempuan dan anak perempuan bersekolah serta bekerja. Saat pemerintahan Taliban tumbang pada 2001, kaum perempuan di sana dibebaskan untuk kuliah dan bekerja.