REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Alumni pendidikan Hijrah Coach
Berada di kawasan perbukitan dengan udara sejuk dan nyaman. Masjid Darushudur menjadi tempat sinergi antara Hijrah Coach, sebuah lembaga coaching dan Yayasan Sam’an Netra Mulia. Peserta pelatihan Professional Business Hijrah Coach (PBHC) kelompok Juni 2021 memberikan bantuan untuk Pondok Pesantren Sam’an.
Dalam program 'Lentera Penuntun 100 Tuna Netra Menuju Hafidz Quran', bantuan berupa wakaf sebanyak 100 set Alquran braille kepada penyandang disabilitas netra atau tunanetra.
Selain itu, Hijrah Coach membantu perbaikan sarana bagi asatidz (para guru) dan pembangunan fasilitas penyediaan filter air bersih di rumah tahfidz tunanetra, memberikan ranjang tingkat 10 set, serta pemberian speaker murotal Alquran.
"Luruskan niat kita untuk ukhuwah. Inilah arti persaudaraan untuk memberikan manfaat bagi umat. Apa yang kami lakukan masih kecil dibandingkan upaya para ustaz yang mengelola pondok pesantren bagi tunanetra ini. Program ini diharapkan menjadi pahala jariah, bukan untuk bangga-banggaan," kata Daru Dewayanto, pendiri dan master business coach dari Hijrah Coach.
Ia mewakili Hijrah Coach memberikan bantuan secara simbolik kepada pimpinan Yayasan Sam’an Netra Mulia, Ridwan Efendi. Pemberian bantuan dilakukan di aula Masjid Darushudur di Kampung Sekegawir, Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (18/9).
Ridwan mengucapkan terima kasih kepada para donator melalui lembaga Hijrah Coach yang peduli kepada kaum tunanetra dengan berbagai bantuan dalam program lentera menuju hafiz Alquran. Semoga pahala berlipat ganda bagi para donator yang ikhlas membantu yayasan yang membina para tunanetra untuk penghapal Alquran ini.
Dia mengakui, kendati mengalami tunanetra, namun hidup tidak boleh mengandalkan belas kasihan semata. Oleh karena itulah yayasan dan pondok pesantren Sam’an berusaha untuk mandiri. Termasuk harus bisa memberikan arti dengan menebar menebar cahaya dalam gulita.
"Walau kami tunanetra, tapi kami ingin menjadi pejuang Alquran. Pejuang yang tidak buta hati. Doakan kami tetap istiqamah dalam perjungan Islam," kata doktor bidang bahasa Arab ini.
Acara tersebut sekaligus menjadi penutupan kelulusan program PBHC kelas Juni 2021 serta pembukaan angkatan ke-4 Pesantren Tahfidz Tunanetra Sam’an Darushudur. Acara bekerja sama dengan Republika ini sekaligus untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional (HDI) pada 3 Desember 2021.
Turut hadir antara lain, Managing Director Hijrah Coach Intan Erlita dan Sekretaris Yayasan Sam’an Netra Mulia Dani Nurakhman. Daru Dewayanto mengakui, acara ini terinspirasi dari semangat para tunanetra. Termasuk niat dari para lulusan PBHC yang dipimpin ketua panitia Alfa Yanuar Riansyah.
Para lulusan PBHC ingin mengimplementasikan ilmunya bagi masyarakat yang membutuhkan. Hijrah Coach mengumpulkan donasi sekitar Rp 245 juta untuk memberikan bantuan tersebut.
Lima tujuan
Ketua panitia Alfa Yanuar menyebut, program ini sebagai salah satu upaya membangun masyarakat Muslim tunanetra yang sejahtera lahir dan batin. Adapun tujuannya mencakup lima hal.
Pertama, terampilnya Muslim penyandang tunanetra dalam membaca dan mengajarkan Alquran berdasarkan ilmu tajwid. Kedua, terbentuknya komunitas Taman Pendidikan Qur’an Braille (TPQB) di berbagai daerah.
Ketiga, kaderisasi tenaga pengajar sebagai instruktur pengajar Alquran braille. Keempat, meningkatnya budaya literasi di masyarakat Muslim penyandang tunanetra. Kelima, membekali Muslim penyandang tunanetra dalam kemampuan berwirausaha untuk menunjang kemandirian hidup.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia sekitar 22,5 juta orang. Jumlah penyandang tuna netra di Indonesia berjumlah sekitar 4,5 juta orang. Dari sekitar 4,5 juta penyandang tunanetra, hanya sebagian kecil yang memiliki akses ke pendidikan, termasuk terhadap akses Alquran Braille.
"Berapa banyak Muslim penyandang tunanetra yang sudah mampu membaca dan memiliki Al-Alquran braille?" tanya Alfa Yanuar. Ternyata, lanjut Alfa, berdasarkan data dan penelitian, jumlahnya masih sangat terbatas.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, penyandang tunanetra belum dapat mengenali tulisan latin dan Arab braille dengan baik. Kedua, masih minimnya ketersediaan Alquran huruf braille. Ketiga, ketersediaan pengajar yang masih kurang.
Terkait dengan hal tersebut, menurut Alfa, diperlukan upaya untuk meningkatkan literasi penyandang tuna netra, khususnya dengan Alquran, sebagai pegangan dan pedoman hidup manusia bagi umat Islam.
Firma bisnis
Kepada para lulusan PBHC, Daru Dewayanto mengatakan program-program yang dilakukan pihaknya tidak bisa dilepaskan dari ukhuwah untuk menyatukan umat. Setiap program akan melahirkan para pemimpin untuk belajar ukhuwah agar dapat menebarkan inspirasi dan dampak pada masyarakat.
Dia berharap, kekompakan berukuwah dapat mejadi modal untuk bisa melakukan program pemberdayaan masyarakat. "Tidak mudah membangun suatu tim, karena awalnya pasti ada berbagai dinamika, termasuk konflik, debat argumentasi. Urutannya adalah forming, storming, norming, performing," ujar Daru kepada para lulusan PBHC.
Hijrah Coach merupakan firma Professional Business Coach yang menggabungkan coaching dan neuroscience. Hijrah Coach mendampingi klien perorangan, perusahaan, dan penggerak UKM (usaha kecil dan menengah). Selain itu, Hijrah Coach juga merupakan penyedia program sertifikasi dengan akreditasi International Coach Federation (ICF) untuk program coaching dan MyBrain UK untuk program neuroscience.
Hijrah Coach antara lain, memilikin program sertifikasi Certified Business Hijrah Coach (CBHC), Certified Hijrah Mind Practitioner (CHMP), Profesional Business Hijrah Coach (PBHC), Agile Certified Hijrah Coach (ACHC) dan program sertifikasi lanjutan Master Class Certification bagi peserta yang sudah menguasai beberapa kompetensi.
Di antaranya, coaching competency, mind practitioner competency, dan training competency. Hijrah Coach memiliki empat perwakilan di Indonesia, Hongkong, Qatar dan Australia.