Senin 20 Sep 2021 15:13 WIB

Indonesia akan Cermati Australia Pasca-Kerja Sama AUKUS

AUKUS berencana membangun kapal selam nuklir

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Bendera Australia.
Foto: abc
Bendera Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia akan mencermati Australia usai terbentuknya pakta pertahanan dengan AS dan Inggris. Selain itu, Indonesia menekankan Australia untuk tetap memenuhi kewajiban dalam menjaga perdamaian, stabilitas, dan keamanan di kawasan. Hal itu disampaikan secara resmi oleh Kementerian Luar Negeri RI dalam konfirmasinya dari Juru Bicara Kemenlu Teuku Faizasyah, Senin (20/9).

"Indonesia mendorong Australia untuk terus memenuhi kewajibannya menjaga perdamaian, stabilitas, dan keamanan di Kawasan sesuai dengan Treaty of Amity and Cooperation," tulis pernyataan RI melalui website resmi Kemenlu RI pada Jumat (17/9).

Baca Juga

Pernyataan tersebut juga mencatat bahwa Indonesia menekankan pentingnya komitmen Australia dalam memenuhi kewajibannya tentang non-proliferasi nuklir. Indonesia dalam hal ini sangat prihatin atas terus berlarutnya perlombaan senjata dan proyeksi militer di kawasan.

"Indonesia mencermati dengan penuh kehati-hatian tentang keputusan Pemerintah Australia untuk memiliki kapal selam bertenaga nuklir," tulis pernyataan itu.

Indonesia juga mendorong Australia dan pihak-pihak terkait mengedepankan dialog. Terutama dalam menyelesaikan perbedaan agar tercapai secara damai.

"Dalam kaitan ini, Indonesia menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 dalam menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan," tutup pernyataan RI tersebut.

Pakta baru antara Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia (AUKUS) terbentuk salah satunya berencana membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia dengan dalih menjaga keamanan kawasan Indo-Pasifik. Ketiga negara sepakat berbagi informasi di tiga bidang, yakni keamanan bawah laut, kecerdasan artifisial, dan kapabilitas pertahanan siber.

Aliansi Indo-Pasifik terbentuk pada Rabu (15/9) yang akan menjadikan Australia negara pertama tanpa senjata nuklir yang memperoleh kapal selam bertenaga nuklir. Perdana Menteri Australia Scott Morrison menegaskan bahwa Australia ingin meningkatkan perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.

Namun demikian, rencana kapal selam nuklir Australia diprediksi bakal memperdalam ketegangan dengan China. China pun geram tentang keputusan pakta baru di kawasan Indo-Pasifik. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian mengatakan sangat tidak bertanggung jawab bagi AS dan Inggris untuk mengekspor teknologi nuklir.

"Masyarakat internasional, termasuk negara-negara tetangga, telah mempertanyakan komitmen [Australia] terhadap non-proliferasi nuklir,” kata Zhao, menurut terjemahan yang disiarkan oleh ABC News. "China akan memantau situasi dengan cermat," ujarnya menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement