Senin 20 Sep 2021 16:22 WIB

PTPN: Swasembada Gula Konsumsi Lebih Realistis

Pendigian Sugarco merupakan upaya pemerintah dalam membangun kemandirian gula.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Foto udara antrean truk pengangkut tebu di pabrik gula PT. Rejoso Manis Indo (RMI) Blitar, Jawa Timur, Selasa (15/6/2021). Pemerintah membentuk holding pabrik gula, yaitu SugarCo.
Foto: Antara/Irfan Anshori
Foto udara antrean truk pengangkut tebu di pabrik gula PT. Rejoso Manis Indo (RMI) Blitar, Jawa Timur, Selasa (15/6/2021). Pemerintah membentuk holding pabrik gula, yaitu SugarCo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Muhammad Abdul Ghani mengatakan Indonesia tidak mungkin swasembada gula secara keseluruhan seperti pada 1930. Kala itu, ucap Ghani, Indonesia menjadi eksportir gula kedua terbesar di dunia setelah Kuba.

"Waktu itu India itu masih membeli gula kita, produktivitas tebu nasional tahun itu 150 ton per hektare, sekarang tinggal lima ton per hektare," ujar Ghani saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (20/9).

Baca Juga

Ghani mengaku prihatin dengan kondisi yang terjadi saat ini yang mana Indonesia dari eksportir gula menjadi importir gula. Oleh karenanya, lanjut Ghani, holding BUMN perkebunan yang dipimpin PTPN III tengah bertransformasi guna mewujudkan kemandirian gula dalam negeri. 

Ghani menyampaikan pendirian 35 pabrik gula milik BUMN ke dalam holding BUMN pabrik gula, SugarCo, merupakan salah satu upaya dalam membangun kemandirian gula konsumsi, mengurangi impor gula, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga stabilitas harga gula ritel.

Ghani menilai swasembada gula konsumsi lebih realistis bagi Indonesia ketimbang memaksakan swasembada gula secara keseluruhan. 

"Kenapa tidak gula secara total karena kalau melihat kemampuan lahan tidak mungkin Indonesia memaksakan swasembada seluruh gula tapi minimal gula konsumsi PTPN bisa berkontribusi dengan mengkonversi dan memperluas lahan tebu," ucap Ghani.

Ghani meyakini kehadiran SugarCo mampu menekan impor gula ke depan dan meningkatkan kesejahteran petani.

"Kami sudah mendalami, tidak mungkin meningkatkan produksi gula nasional tanpa adanya peningkatan kesejahteraan petani," lanjut Ghani.

Dalam memenuhi kebutuhan gula konsumsi, lanjut Ghani, holding BUMN perkebunan juga menargetkan 400 ribu ton gula brand Nusakita mampu menguasai 10 persen konsumsi gula nasional.

"Kalau PTPN memiliki 10 persen gula ritel maka ketika pemerintah membutuhkan untuk operasi pasar maka pasti kita akan memimpin harga. Tahun ini saja kami diminta Menteri Perdagangan untuk membantu petani supaya harganya tidak jatuh," kata Ghani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement