Selasa 21 Sep 2021 00:35 WIB

Konflik Natuna, Bakamla: Secara De Facto Kita Hanya Diam

Negara seharusnya memanfaatkan perairan Laut Natuna Utara agar kapal asing tak masuk.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus Yulianto
Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksdya TNI Aan Kurnia.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksdya TNI Aan Kurnia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya Aan Kurnia menilai, Indonesia selama ini hanya secara de jure atau hukum mengeklaim wilayah perairan Laut Natuna Utara. Namun secara de facto atau tindakannya, negara hanya diam saja melihat kepemilikannya tersebut.

"Secara de facto kita hanya melongo saja kalau boleh dibilang di sini. Jadi tidak ngapa-ngapain, tapi mengklaim ini wilayah kita," ujar Aan dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR, Senin (20/9).

 

photo
Seorang petugas mengawasi kapal ikan ilegal berbendera Vietnam yang ditangkap saat menjaring cumi-cumi secara ilegal di Laut Natuna Utara. - (Antara/Jessica Helena Wuysang)

 

Menurutnya, negara seharusnya lebih memanfaatkan perairan Laut Natuna Utara agar kapal asing tak masuk ke dalam wilayah Indonesia. Salah satunya dengan memanfaatkan potensi bahari di sana oleh nelayan-nelayan dalam negeri.

"Sudah ada, tapi ya masih nelayan pesisir, nelayan one day. Jadi ambil ikan hanya sehari untuk makan besok, tapi belum disiapkan secara profesional. Padahal di sana sumber daya ikannya luar biasa," ujar Aan.

Potensi yang belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh negara tersebutlah yang  membuat kapal-kapal asing dari China dan Vietnam dengan mudahnya masuk ke sana. Sebab mereka tak melihat nelayan lokal memanfaatkan wilayah tersebut, yang membuat mereka juga seakan bebas tanpa ada yang mengawasi.

"Landas kontinen kita punya hak berdaulat di situ untuk manfaatkan sumber daya alam yang ada di dasarnya, tapi alhamdulilah ESDM di sana sudah lakukan drilling. Bayangkan itu kita puluhan tahun lalu, sekarang baru mulai laksanakan," ujar Aan.

Di samping itu, mengatasi masalah di Laut Natuna Utara tak hanya bisa diserahkan kepada Bakamla saja. Perlu adanya kerja sama dan koordinasi dengan kementerian atau lembaga terkait lainnya untuk menjaga kedaulatan Indonesia di sana.

"Jadi yang pertama harus presence at sea (kehadiran di laut), para gakkum atau simbol negara, siapa aja? Di situ ada TNI AL, Bakamla, dan kemudian ada KKP," ujar Aan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement