Senin 20 Sep 2021 17:01 WIB

Kemenkes: Waspadai Pelaku Perjalanan dari Negara Perbatasan

Negara yang berada di perbatasan Indonesia tersebut masih didominasi varian Delta.

Red: Andi Nur Aminah
Kasus Covid-19 Global (ilustrasi)
Foto: Republika
Kasus Covid-19 Global (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia perlu mewaspadai kasus Covid-19 yang berpotensi dibawa oleh sejumlah pelaku perjalanan internasional yang berasal dari beberapa negara di wilayah perbatasan. Hal itu disampaikan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Puslitbangkes) Kemenkes RI Vivi Setiawaty. 

"Sesuai dengan laporan ikhtisar mingguan Covid-19 pada 3 hingga 9 September 2021, Indonesia masih perlu mewaspadai kasus yang mulai dan masih melonjak di Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Australia dan Singapura," kata Vivi Senin (20/9).

Baca Juga

Berdasarkan kajian Puslitbangkes dan sejumlah pihak terkait, Vivi menjelaskan, negara yang berada di perbatasan Indonesia tersebut masih didominasi dengan varian Delta dan belum ada laporan terkait temuan varian B.1.621 (Mu). Sedangkan di tingkat global, beberapa negara yang saat ini tren kasusnya mulai dan masih mengalami lonjakan adalah Israel, Malaysia, Britania Raya, Amerika dan Jerman. 

"Dari lima negara tersebut, Malaysia adalah satu-satunya negara yang belum ada laporan temuan varian Mu," katanya.

Vivi menegaskan bahwa faktor yang berkontribusi terhadap percepatan penularan Covid-19 adalah perkumpulan massa, perjalanan orang dengan Covid-19, penularan yang samar (karena tidak/belum bergejala, keterbatasan tes, infeksi bersamaan dengan virus pernapasan lain) dan berada di wilayah risiko tinggi seperti fasilitas kesehatan.

"Dengan terus beragamnya temuan varian baru, maka varian baru menjadi salah satu yang perlu dicegah dan terus dimonitor. Sehingga lonjakan kasus pada umumnya selalu diiringi dengan pemeriksaan genome virus dari sampel pasien Covid-19," ujarnya.

Selain Indonesia, Vivi mengatakan, varian Delta masih mendominasi di beberapa negara yang saat ini tren kasusnya mulai dan masih mengalami lonjakan seperti Jerman, Britania Raya, Amerika, Israel dan Malaysia. Ikhtisar mingguan Kemenkes RI melaporkan bahwa varian tertinggi kedua setelah Delta di Jerman adalah jenis Lambda sebesar empat persen. Sedangkan Britania Raya, Amerika Serikat dan Israel adalah Alfa dengan masing-masing 0,68 persen, 0,09 persen dan 0,62 persen. "Malaysia, varian tertinggi kedua setelah Delta adalah kappa sebesar 8,11 persen," katanya.

Vivi mengatakan meskipun angka yang dilaporkan di luar varian Delta masih relatif kecil, namun pemantauan varian baru di negara-negara lain akan menjadi penting untuk meningkatkan kewaspadaan baik dalam pencegahan, peningkatan Whole Genome Sequencing maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait SARS CoV-2.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

(QS. Al-Hujurat ayat 12)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement