Senin 20 Sep 2021 17:30 WIB

Industri Furnitur Tumbuh 8 Persen

Iindustri furnitur dan kerajinan memiliki tingkat resiliensi tinggi saat pandemi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Pekerja menyelesaikan pembuatan furnitur di rumah produksi Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Ahad (28/2). Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, industri furnitur merupakan salah satu sektor yang potensial dikembangkan, karena didukung dengan ketersediaan sumber daya alam di dalam negeri.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pekerja menyelesaikan pembuatan furnitur di rumah produksi Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Ahad (28/2). Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, industri furnitur merupakan salah satu sektor yang potensial dikembangkan, karena didukung dengan ketersediaan sumber daya alam di dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, industri furnitur merupakan salah satu sektor yang potensial dikembangkan, karena didukung dengan ketersediaan sumber daya alam di dalam negeri. Di kancah global, industri furnitur nasional mampu berdaya saing karena inovasi produknya.

“Industri furnitur sebagai sektor padat karya dan berorientasi ekspor, juga berperan penting dalam memberikan kontribusi yang signfikan terhadap upaya pemulihan ekonomi nasional,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Pembukaan Pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) Virtual Showroom 2021, Senin (20/9).

Ia menyebutkan, pada kuartal I 2021, kinerja industri furnitur mampu bangkit dan tumbuh positif sebesar 8,04 persen setelah pada periode sama tahun lalu mengalami kontraksi sebesar 7,28 persen karena dampak pandemi Covid-19. Selanjutnya, kata dia, subsektor industri kayu, barang dari kayu, rotan dan furnitur menyumbang sebesar 2,60 persen terhadap pertumbuhan kelompok industri agro.

“Artinya, industri furnitur dan kerajinan terbukti memiliki tingkat resiliensi yang tinggi di saat pandemi,” ujar dia.

Guna lebih memacu produktivitas dan daya saingnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menjaga ketersediaan bahan baku dan mendorong pelaku industri furnitur aktif melakukan inovasi. “Peluang pasar furnitur dan kerajinan yang terus tumbuh, harus didukung dengan penyediaan faktor-faktor produksi yang utama, antara lain bahan baku, modal, dan tenaga kerja,” ungkap Agus. 

Ia melanjutkan, bahan baku industri furnitur dan kerajinan di Indonesia bisa dikatakan cukup melimpah, terutama berasal dari hutan produksi yang memiliki luas 68,8 juta hektare. “Iklim tropis Indonesia pun sangat menguntungkan, berbagai jenis pohon dapat tumbuh dengan cepat,” tuturnya. 

Selain itu, Indonesia merupakan penghasil 80 persen bahan baku rotan dunia yang berasal dari berbagai daerah di Pulau Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Menperin mengemukakan, salah satu faktor yang mendongkrak penjualan produk furnitur di saat pandemi yaitu adanya peralihan atau reorganisasi signifikan belanja rumah tangga masyarakat, dari untuk hiburan, pariwisata atau transportasi, menjadi kebutuhan menata dan merenovasi rumah. 

“Bahkan, aktivitas belanja online selama pandemi juga mendukung peningkatan penjualan furnitur, baik memenuhi pasokan pasar domestik maupun ekspor,” kata dia. Kemenperin mencatat, nilai ekspor produk furnitur (HS 9401-9403) pada 2020 menembus 1,91 miliar dolar AS, meningkat 7,6 persen dari 2019 yang mencapai 1,77 miliar dolar AS. 

Negara tujuan ekspor terbesar furnitur Indonesia pada 2020, di antaranya Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman. “Daya beli pasar terhadap produk furnitur dan kerajinan yang masih tinggi ini perlu untuk terus kita respons dengan penyediaan akses alternatif promosi produk, salah satunya melalui pameran IFEX Virtual Showroom,” ungkap Menperin.

Pada sektor industri furnitur, saat ini terdapat 1.114 perusahaan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, dengan jumlah kapasitas produksi sebesar 2,9 juta ton per tahun. Lalu total tenaga kerja yang terserap sebanyak 143.119 orang.

Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menyampaikan, kementerian bertekad terus memfasilitasi kemudahan iklim berusaha bagai para pelaku industri furnitur dan kerajianan di tanah air. Berbagai instrumen yang bisa dimanfaatkan, di antaranya fasilitasi Pusat Logistik Bahan Baku, program revitalisasi mesin/peralatan, fasilitasi Politeknik Furnitur, dan program pengembangan desain furnitur.

Berikutnya, kata dia, fasilitasi insentif tax holiday, tax allowance, serta super deduction tax untuk R&D dan vokasi,penerapan SNI dan SKKNI, pengoptimalan TKDN, serta fasilitasi keikutsertaan pada pameran nasional maupun internasional. “Ketersediaan bahan baku yang melimpah sebagai comparative advantage, didukung dengan kebijakan kemudahan iklim berusaha yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Undang-UndangNomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang diharapkan dapat mewujudkan industri yang menghasilkan nilai tambah tinggi, berdaya saing global, dan berwawasan lingkungan,” jelas Putu.

Dirinya berharap agar industri furnitur dan kerajinan terus melakukan inovasi dan selalu melakukan eksplorasi kekayaan budaya nasional dengan kemasan modern serta mengikuti tren pasar global. “Inovasi akan meningkatkan nilai tambah dan daya saing suatu produk, tak terkecuali untuk produk furnitur, terutama karena industri furnitur dan kerajinan erat sekali kaitannya dengan lifestyle,” tutur dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement