REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam bahasa Arab, nithaq sendiri berarti sehelai kain yang biasa dikenakan perempuan untuk mengikat pinggangnya. Bagian atasnya dibiarkan merumbai ke bawah hingga ke bagian lutut.
Sedangkan bagian bawahnya menjuntai ke tanah tak ada yang menahan. Ada pula yang mengatakan, nithiq adalah sejenis pakaian yang ada ikat pinggangnya.
Mengutip informasi al-Bukhari, Ibnu Hajar mengungkapkan Asma pernah membelah kain nithaq-nya menjadi dua. Salah satu belahannya dipergunakan untuk membungkus bekal makanan Rasulullah SAW dan Abu Bakar di gua Hira. Karena kepemilikan satu helai kain nithaq yang dibelah menjadi dua itulah Asma dijuluki dengan "Dzatu Nithaqain".
Para penduduk Syam pernah mengolok-olok Ibnu al-Zubair dengan julukan "Dzatun Niqathain" pada hari mereka memeranginya. Kemudian, Asma bertanya kepada putranya Abdullah, "Apakah mereka benar mengolok-olokmu?" Abdullah menjawab, "Benar." Asma menyatakan, "Demi Allah, dia adalah benar!"
Sewaktu berjumpa dengan al-Hajjaj, Asma pernah ditanya, "Mengapa engkau mengolok-olok Abdullah dengan julukan Dzatun Nithaqain?" Asma menjawab, "Memang, aku pernah memiliki sepotong ikat pinggang yang biasa dikenakan oleh kaum wanita dan sepotong ikat pinggang yang aku gunakan untuk membungkus makanan Rasulullah."
Asma juga masuk Islam sejak di Makkah. Hal ini ditandaskan oleh Ishaq, "Sesungguhnya Asma binti Abu Bakar masuk Islam setelah 17 orang." Selanjutnya, Asma membaiat Nabi SAW dan beriman kepadanya dengan sangat kuat.
Di antara bukti kuatnya keislaman Asma binti Abu Bakar, sewaktu ibunya Qatilah binti Abdul 'Uzza yang telah diceraikan Abu Bakar sejak zaman Jahiliyah, datang kepada dirinya membawa berbagai hadiah seperti kismis, samin, dan anting-anting. Namun, Asma menolak menerima hadiah tersebut, bahkan menolak sang ibu masuk rumah. Bersambung
Baca juga:
Pemilik Dua Ikat Pinggang: Asma binti Abu Bakar (5)
Pemilik Dua Ikat Pinggang: Asma binti Abu Bakar (6-Habis)