REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bahkan, sewaktu sakit, ia memerdekakan semua hamba sahayanya. Ia sering berpesan kepada putra-putri dan keluarganya, "Berinfaklah kalian. Bersedekahlah kalian. Jangan pernah menunggu kelebihan harta. Sebab, jika kalian menunggunya, kalian tak akan bisa memberikan sesuatu. Sebaliknya, jika kalian menyedekahkan sesuatu, kalian tidak akan kehilangannya."
Diriwayatkan, sewaktu menunaikan ibadah haji, Asma ditemui oleh ibunya yang masih dalam keadaan musyrik. Asma menolak memberikan sesuatu kepadanya.
Maka turunlah ayat, Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan k rena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup, sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan) (al Baqarah [2]: 272).
Dalam kesempatan lain, Asma juga kembali didatangi oleh ibunya yang masih musyrik. Ia membawa beberapa hadiah untuknya. Namun, Asma menolak pemberian tersebut.
Maka turunlah ayat, Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (al-Mumtahanah [60]: 8).
Keberanian Asma binti Abu Bakar, kemuliaan hatinya, dan keteguhan pendiriannya, dapat kita lihat dari kata-kata yang ditujukan kepada putranya Abdullah saat datang menemuinya. Kala itu Asma sudah berusia 100 tahun dan tak lagi bisa melihat.
"Wahai Ibu, bagaimana menurutmu jika orang-orang telah membiarkanku, dan keluargaku juga telah menelantarkanku?" Bersambung
Baca juga:
Pemilik Dua Ikat Pinggang: Asma binti Abu Bakar (4)
Pemilik Dua Ikat Pinggang: Asma binti Abu Bakar (6-Habis)
Ikuti Whatsapp Channel Republika