REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asma memulai nasihatnya, "Jangan biarkan anak-anak Bani Umayah itu mempermainkanmu. Hiduplah engkau dengan mulia. Matilah dengan mulia. Demi Allah, aku berharap kesenanganku ada pada dirimu, setelah engkau mendahuluiku atau aku mendahuluimu. Sebab, aku benar-benar dalam kesempitan sampai aku melihat akhir dari perkaramu."
Kemudian, Asma berdoa, "Ya Allah, rahmatilah perjuangan orang yang meratap dan kehausan di tengah para penghijrah kota ini. Berikanlah kebaikan untuknya berkat ibunya. Ya Allah, aku telah menyerahkannya kepada-Mu. Aku telah rida dengan ketetapan Mu. Maka balaslah aku dengan Abdullah dengan balasan orang-orang yang bersyukur."
Abdullah pun menjawab, "Wahai Bunda, janganlah engkau mendoakanku seperti itu sebelum dan setelah aku terbunuh." Asma berkata, "Demi Allah, aku tidak akan membiarkannya. Siapa saja yang membunuh secara batil, maka aku akan membunuh secara hak. Setelah itu, Abdullah pun keluar."
Disebutkan, Asma tinggal di Makkah hingga putranya Abdullah terbunuh. Ia dikaruniai umur panjang hingga matanya tak lagi bisa melihat.
Abdullah sendiri terbunuh pada tahun 74 H. Ada yang menyebutkan, 10 hari setelah Abdullah terbunuh, Asma pun tutup usia. Sejak itu, terungkaplah jawaban al-Malik ibn Marwan yang menurunkan Abdullah karena takut.
Asma binti Abu Bakar wafat di Makkah pada bulan Jumadal Ula, 73 tahun setelah peristiwa hijrah dalam usia 100 tahun. Sewaktu wafat, tidak ada satu pun gigi yang tanggal. Bahkan, ingatannya masih normal dan sempurna. Habis
Baca juga:
Pemilik Dua Ikat Pinggang: Asma binti Abu Bakar (4)
Pemilik Dua Ikat Pinggang: Asma binti Abu Bakar (5)