Rabu 22 Sep 2021 15:40 WIB

Bangsa Maya Bangun Piramida dari Batu Letusan Gunung

Ilmuwan mengatakan Suku Maya membangun piramida beberapa dekade setelah letusan.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Para arkeologis melakukan survei jalan-jalan kuno suku Maya dari udara.
Foto: University of Miami via live science
Para arkeologis melakukan survei jalan-jalan kuno suku Maya dari udara.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN ANDRÉS -- Sekitar 1.500 tahun yang lalu, suku Maya membuat piramida besar dari batu yang keluar dari gunung berapi. Letusan itu begitu kuat sehingga mendinginkan planet ini.

Temuan para peneliti baru-baru ini mengungkapkan, sekitar tahun 539 M, di tempat yang sekarang San Andrés, El Salvador, kaldera Ilopango meletus dalam peristiwa vulkanik terbesar di Amerika Tengah dalam 10 ribu tahun terakhir. 

 

Dikenal sebagai letusan Tierra Blanca Joven (TBJ), gunung berapi tersebut menghasilkan aliran lava yang membentang hingga puluhan mil, dan menyemburkan begitu banyak abu ke atmosfer di atas Amerika Tengah sehingga iklim mendingin di belahan bumi utara.

 

Karena kekuatan destruktif gunung berapi, para ilmuwan berpikir bahwa banyak pemukiman Maya di kawasan itu ditinggalkan, mungkin selama berabad-abad. 

 

Namun dalam analisis terbaru dari piramida Maya yang dikenal sebagai struktur Campana, Akira Ichikawa, seorang arkeolog Mesoamerika dan rekan postdoctoral di Departemen Antropologi di University of Colorado Boulder (UCB), menemukan bahwa orang kembali ke wilayah itu lebih cepat. Mereka kemudian membangun monumen hanya beberapa dekade setelah letusan.

 

Analisis baru dari piramida, yang terletak sekitar 25 mil (40 kilometer) dari gunung berapi di Lembah Zapotitán, juga mengungkapkan bahwa dalam pembangun, suku Maya mencampur potongan batu dan tanah dengan balok yang diukir dari tephra, batu yang dikeluarkan oleh gunung berapi. 

 

"Ini adalah bukti pertama bahwa ejecta vulkanik digunakan dalam pembangunan piramida Maya, dan itu bisa mencerminkan signifikansi spiritual gunung berapi dalam budaya Maya," kata Ichikawa, dilansir di Live Science, Rabu (22/9).

 

Para ahli telah memperdebatkan tanggal letusan TBJ selama beberapa dekade. Beberapa berpendapat bahwa gunung berapi meletus jauh lebih awal, antara 270 dan 400 M, tulis Ichikawa dalam studi baru, yang diterbitkan 21 September di jurnal Antiquity

 

Namun, menurut Ichikawa, penanggalan radiokarbon baru-baru ini (membandingkan rasio isotop karbon radioaktif) di batang pohon dari El Salvador telah mengisyaratkan bahwa tahun 539 M adalah perkiraan yang lebih akurat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement