REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Kelompok Axis of Resistance (AoR) dilaporkan telah membunuh dua perwira militer Amerika Serikat (AS) dan Israel. Hal itu sebagai pembalasan atas pembunuhan mantan komandan Pasukan Quds Mayjen Qassem Soleimani oleh Washington. AoR adalah aliansi politik antara Pemerintah Iran, Suriah, dan Hizbullah di Lebanon.
Media yang melaporkan hal tersebut, yakni The Cradle, mengungkapkan dua perwira tinggi AS dan Israel tewas dalam operasi militer di Erbil, Irak, pada musim panas lalu. Perwira AS yang menjadi target AoR adalah Letnan Kolonel James C. Willis (55) dari Red Horse Unit. “Orang ini terlibat dalam operasi pembunuhan Soleimani dan Abu Mahdi (al-Muhandis). Juga Kolonel Sharon Asman (asal Israel) dari Nahal Brigade, dikatakan meninggal karena gagal jantung, adalah orang lainnya yang terbunuh di Erbil,” kata The Cradle, mengutip sumber keamanan senior dalam aliansi Timur Tengah.
Dilaporkan Sputnik, Rabu (22/9), pada Juni lalu, Pentagon telah merilis laporan bahwa Willis meninggal dalam insiden non-tempur di pangkalan Al-Udeid, Qatar. Pentagon tak memberikan informasi lebih lanjut perihal penyebab kematiannya.
Sementara, Asman meninggal pada 1 Juli. Menurut laporan media Israel, dia pingsan setelah melakukan pelatihan kebugaran di sebuah pangkalan militer di Israel tengah. Selama 25 tahun karier militernya, Asman aktif dalam misi atau operasi di Jalur Gaza dan Lebanon.
Mayor Jenderal Qassem Soleimani tewas di Bandara Internasional Baghdad pada Januari 2020. Dia dibunuh saat berada dalam konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki kedekatan dengan Iran. Iring-iringan mobil mereka menjadi sasaran tembak pesawat nirawak AS.
Iran mengutuk keras pembunuhan Soleimani dan bersumpah akan membalas tindakan Washington. Tak lama setelah peristiwa pembunuhan itu, Iran meluncurkan serangan udara ke markas tentara AS di Irak. Aksi itu sempat menimbulkan kekhawatiran global tentang potensi pecahnya peperangan.
Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.