Rabu 22 Sep 2021 16:43 WIB

In Picture: Geliat Industri Kain Pel Tradisional Ibun

Industri tenun tradisional tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari..

Rep: Abdan Syakura/ Red: Mohamad Amin Madani

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. (FOTO : REPUBLIKA/Abdan Syakura)

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. (FOTO : REPUBLIKA/Abdan Syakura)

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. (FOTO : REPUBLIKA/Abdan Syakura)

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura (FOTO : REPUBLIKA/Abdan Syakura)

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura (FOTO : REPUBLIKA/Abdan Syakura)

Pekerja menjahit kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura (FOTO : REPUBLIKA/Abdan Syakura)

Pekerja menjahit kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura (FOTO : REPUBLIKA/Abdan Syakura)

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura (FOTO : REPUBLIKA/Abdan Syakura)

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura (FOTO : REPUBLIKA/Abdan Syakura)

Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura (FOTO : REPUBLIKA/Abdan Syakura)

Pekerja menyortir kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9). Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. Foto: Republika/Abdan Syakura (FOTO : REPUBLIKA/Abdan Syakura)

inline

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Pekerja menenun benang untuk dijadikan kain pel di salah satu industri rumahan di Kampung Babakan Panyingkuran, Desa Dukuh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Rabu (22/9).

Industri tenun tradisional yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi 50 kodi kain pel per hari dan dijual ke sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta, Kalimantan dan Riau dengan harga Rp50 ribu per kodi. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement