REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Wakil Menteri Kesehatan Masyarakat Arab Saudi Hani Jokhdar mengatakan perkembangan dan penerapan prosedur vaksinasi yang cepat kunci keberhasilan Kerajaan dalam mengelola pandemi Covid-19. Prioritas utama kerajaan, menurutnya, bukanlah menghilangkan virus, tetapi memastikan tingkat imunisasi setinggi mungkin sehingga risiko penyakit parah atau kematian dapat diminimalkan.
Dia menambahkan kerja sama antara berbagai bagian otoritas Saudi sejak tahap awal telah membantu memastikan keberhasilan respons efektif terhadap krisis kesehatan. Warga negara dan ekspatriat juga berperan dalam upaya meminimalkan dampak pandemi dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan yang diterapkan oleh otoritas Saudi.
Arab Saudi berada di peringkat kedua, setara dengan Hungaria, pada Indeks Pemulihan Covid-19 Nikkei terbaru. Laporan tersebut dirilis pada 31 Agustus lalu.
Artinya, lebih dari 120 negara berdasarkan kinerja mereka dalam hal manajemen infeksi, peluncuran vaksin, dan mobilitas sosial, Kerajaan menerima skor 72, hanya satu poin di belakang peringkat teratas China. “Percepatan pemberian vaksin melalui lebih dari 585 pusat vaksinasi yang tersebar di seluruh tanah air sangat berkontribusi pada klasifikasi ini. Individu memiliki kebebasan memutuskan kapan dan di mana menerima vaksin,” kata Jokhdar, dilansir dari Arab News, Rabu (22/9).
Pada Sabtu, wilayah selatan Al-Baha mencatat tidak ada kasus Covid-19, dan hanya satu kasus selama tiga hari terakhir pekan lalu. Namun, Jokhdar menekankan, mencapai nol kasus harian bukanlah prioritas dalam upaya global untuk menahan pandemi.
“Prioritas utama adalah mencapai tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi. Kami di Arab Saudi mengikuti strategi yang sama dalam menghadapi pandemi: Kami percaya yang lebih penting daripada tingkat nol kasus adalah kekebalan terhadap virus," ujarnya.
Terlepas dari informasi yang menyesatkan dan klaim palsu tentang vaksin yang beredar di seluruh dunia, terutama di media sosial, otoritas kesehatan Saudi melaporkan upaya meyakinkan warga dan penduduk bahwa vaksin tersebut aman sebagian besar berhasil.
Asisten Deputi Menteri Kesehatan Pencegahan Abdullah Assiri mengatakan bawa satu-satunya orang yang terus menolak menerima vaksin adalah mereka yang tertipu atau yang berpendirian. "Jika vaksin dimaksudkan untuk memusnahkan orang miskin dan kelas menengah, seperti yang diklaim beberapa orang, lalu mengapa negara-negara kaya memonopoli vaksin, meninggalkan Afrika untuk berjuang melawan Covid-19?” tanya Assiri.
Assiri menambahkan di banyak negara, politikus dan pemimpin lainnya, orang kaya dan ilmuwan termasuk yang pertama mendaftar untuk vaksinasi.
https://www.arabnews.com/node/1933231/saudi-arabia