Rabu 22 Sep 2021 20:04 WIB

Desainer Afghanistan Perjuangkan Pakaian Tradisional

Pakaian tradisional perempuan Afghanistan identik dengan warna cerah dan penuh hiasan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Mahasiswa Afghanistan terlihat di Universitas Mirwais Neeka di Kandahar, Afghanistan, 20 September 2021.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Mahasiswa Afghanistan terlihat di Universitas Mirwais Neeka di Kandahar, Afghanistan, 20 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Perancang busana Kabul mempertahankan rancangan pakaian tradisional perempuan Afghanistan di tengah pemerintahan baru Taliban. Pakaian tradisional perempuan Afghanistan identik dengan warna cerah, memiliki desain yang kompleks, dan penuh perhiasan.

Perancang busana kelahiran Kabul, Anjilla Seddeqi, dan perempuan imigran Afghanistan lainnya memperjuangkan warisan pakaian tradisional. Mereka memprotes aturan berpakaian baru untuk siswa perempuan. Kampanye mereka juga bertujuan untuk membantu perempuan yang terkena dampak atas kembalinya Taliban dalam pemerintahan Afghanistan.

Baca Juga

“Saya merasa apa yang coba dilakukan Taliban adalah membasmi perempuan Afghanistan dari masyarakat secara umum dan kemudian juga melenyapkan budaya kita. Dan bagian dari itu adalah pakaian kami. Diam bukanlah pilihan,” kata Seddeqi dilansir Reuters, Rabu (22/9).

Seddeqi pindah ke Australia saat dia masih kecil. Dia membuat kreasi pakaian tradisional Afghanistan yang berwarna-warni.

Sejak Taliban berkuasa pada pertengahan Agustus, mereka berusaha meyakinkan dunia bahwa Taliban yang sekarang sudah berubah. Mereka berjanji akan membentuk pemerintahan yang inklusif dan menghormati hak-hak perempuan.

Sebelumnya ketika Taliban berkuasa pada periode 1996-2001, mereka menetapkan aturan yang keras. Ketika itu perempuan harus mengenakan burka yang menutupi dari ujung kepala sampai ujung kaki. Namun belum lama ini menteri pendidikan pemerintahan Taliban menyerukan agar siswa perempuan mematuhi aturan berpakaian Islami, termasuk menggunakan jilbab dan cadar.

Setelah aturan itu diumumkan, para perempuan Afghanistan yang tinggal di luar negeri mulai mengunggah foto-foto mereka mengenakan pakaian tradisional yang berwarna cerah di media sosial. Mereka tidak mengenakan jilbab maupun cadar dan membiarkan rambut mereka terurai.

Seddeqi membuat kampanye virtual dengan tagar #DontTouchMyDress sebagai bentuk perlawanan untuk aturan berpakaian yang ditetapkan oleh Taliban kepada perempuan Afghanistan. “Saya pikir segala jenis ekspresi melalui mode akan sangat terbatas. Wanita Afghanistan harus mematuhi aturan berpakaian standar," ujar Seddeqi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement