REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Lebih dari 16 ribu ranjau dan senjata yang belum meledak telah dihancurkan di area seluas 11.900 hektare yang baru-baru ini dibebaskan dari pendudukan pasukan Armenia, kata Kementerian Pertahanan Azerbaijan pada Rabu.
“Unit pencari ranjau Angkatan Darat Azerbaijan dan penyadap militer Turki terus melanjutkan upaya pembersihan ranjau di wilayah tersebut,” kata kementerian, merujuk pada tanah Karabakh yang dibebaskan tahun lalu.
Kementerian menegaskan bahwa penyisiran ranjau sedang dilakukan untuk memastikan pergerakan konvoi kendaraan militer yang aman. Selama tugasnya, unit pencari ranjau diperlengkapi dengan mesin pembersih ranjau (MEMATT) yang dikendalikan dari jarak jauh.
MEMATT diproduksi oleh ASFAT, perusahaan industri pertahanan yang terafiliasi dengan Kementerian Pertahanan Turki. "Pembersihan ranjau dengan MEMATT mencapai tingkat keberhasilan lebih dari 95 persen dalam uji coba ranjau di Turki," kata pakar ASFAT, Yasin Arslan.
Pembebasan Karabakh
Hubungan antara negara-negara bekas Soviet, Azerbaijan dan Armenia, tegang sejak tahun 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh atau Upper Karabakh, yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.
Ketika bentrokan baru meletus pada 27 September 2020, tentara Armenia melanggar perjanjian gencatan senjata kemanusiaan dengan melancarkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan.
Selama konflik 44 hari, Azerbaijan berhasil membebaskan beberapa kota dan hampir 300 permukiman dan desa dari pendudukan Armenia selama hampir tiga dekade. Pada 10 November 2020, kedua negara menandatangani perjanjian yang diperantarai Rusia untuk mengakhiri pertempuran.
Kemudian, pada 11 Januari 2021, para pemimpin Rusia, Azerbaijan, dan Armenia menandatangani pakta untuk mengembangkan hubungan ekonomi dan infrastruktur yang membawa manfaat bagi seluruh wilayah, termasuk pembentukan kelompok kerja trilateral di Karabakh.