Kamis 23 Sep 2021 06:24 WIB

Holding UMi Diharapkan Membantu Pelaku Usaha Ultramikro

Dari data yang ada saat ini usaha ultra mikro belum banyak terbantu.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Mas Alamil Huda
Pelaku usaha kuliner, Adityo Nugraha (25), memasak makanan pesanan konsumen, di kafenya di Padang, Sumatera Barat, Selasa (25/5/2021).  Adityo yang merupakan nasabah PT Pegadaian (Persero) memanfaatkan pinjaman kredit ultramikro untuk membantu melanjutkan bisnis kafernya yang sepi sejak pandemi
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Pelaku usaha kuliner, Adityo Nugraha (25), memasak makanan pesanan konsumen, di kafenya di Padang, Sumatera Barat, Selasa (25/5/2021). Adityo yang merupakan nasabah PT Pegadaian (Persero) memanfaatkan pinjaman kredit ultramikro untuk membantu melanjutkan bisnis kafernya yang sepi sejak pandemi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VI DPR, Intan Fauzi, mendukung rencana pembentukan holding ultramikro (UMi). Intan berharap melalui holding UMi tersebut para pelaku usaha ultramikro-UMKM bisa terbantu.

"Sudah saatnya para pelaku usaha ultramikro dibantu. Holding UMi ini harus bisa menyasar lapisan bawah yang selama ini tidak terfasilitasi oleh perbankan," kata Intan dalam keterangannya, Rabu (22/9).

Menurutnya, pembentukan holding ultramikro dinilai tepat untuk menghimpun potensi ultramikro yang dinilai sangat besar di Indonesia. Dari data yang ada saat ini usaha ultramikro belum banyak terbantu. Selama ini para pelaku usaha ultramikro meminjam dana dari rentenir, pinjaman online, dan sebagainya.

"Mayoritas rakyat kita adalah pelaku usaha dengan modal sangat kecil atau bahkan tanpa modal serta sulit mendapatkan akses lembaga keuangan formal, ini pekerjaan rumah yang besar bagi kita," ujarnya. 

Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu menekankan agar sinergi tiga BUMN yang tergabung dalam holding UMi ini bisa lebih fleksibel untuk bisa diakses oleh pelaku usaha ultramikro, sehingga dapat membantu usaha rakyat kecil. Apalagi banyak yang usahanya jatuh di saat pandemi.

"Tentu kita harapkan lebih fleksibel misalnya akses kredit karena pada umumnya pelaku ultramikro dianggap tidak bankable untuk prosedur pendanaan formal. Juga suku bunga kredit harus sangat rendah bagi mereka sehingga terjangkau. Dengan jaringan BRI yang sudah ada sampai ke desa dan kampung dapat menjangkau usaha kecil secara luas," ucapnya.

Sebelumnya Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan sejumlah tahap integrasi holding ultramikro yang terdiri atas PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau BRI, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

Tiko mengatakan, untuk tahap pertama, holding ultramikro telah membentuk tim integration management office (IMO), memulai proses implementasi inisiatif co-location, mengembangkan digital acquisition sales platform, memperkenalkan nasabah dengan rangkaian produk yang konprehensif dari tiga BUMN, meluncurkan program Casa untuk mendapatkan nasabah baru.

Sementara tahap kedua, ungkap Tiko, antara lain memperkuat portofolio produk tiga BUMN yang berfokus pada bisnis inti dari masing-masing entitas, memperkenalkan program pemberdayaan yang berfokus pada literasi finansial dan pendidikan digital, dan mengembangkan analisis data.

"Tahap ketiga, holding ultramikro akan meluncurkan program pemberdayaan secara komprehensif untuk meningkatkan literasi keuangan nasabah, pertumbuhan bisnis, dan penetrasi digital; serta memperkuat kapabilitas analisis data BRI untuk dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan bisnis di seluruh entitas," kata Tiko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement