Kamis 23 Sep 2021 08:06 WIB

Cinta Laura: Bahaya Mengatasnamakan Tuhan demi Pribadi

Cinta meminta ajaran agama direpresentasikan secara adil dalam sistem pendidikan.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Cinta Laura: Bahaya Mengatasnamakan Tuhan demi Pribadi. Aktris dan penyanyi Cinta Laura Kiehl.
Foto: Sony Music
Cinta Laura: Bahaya Mengatasnamakan Tuhan demi Pribadi. Aktris dan penyanyi Cinta Laura Kiehl.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris dan penyanyi Cinta Laura Kiehl mengatakan permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia adalah saling menjatuhkan karena adanya perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan. Padahal pondasi Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika yang seharusnya saling memeluk perbedaan dan bertoleransi.

Dia juga mengutip kalimat dari filsuf Prancis Rene Descartes yang mengatakan manusia adalah makhluk yang terbatas. Sedangkan Tuhan adalah sosok yang tidak terbatas.

Baca Juga

"Oleh karena itu, bagaimana kita sebagai makhluk terbatas merasa punya kemampuan memahami sesuatu di luar kapasitas kita. Bagaimana kita sebagai makhluk terbatas bisa memahami esensi sesuatu yang tidak terbatas?" kata Cinta.

Menurutnya, karena pemahaman yang terbatas dan pemikiran yang tidak kritis, orang-orang terjebak dalam cara berpikir di mana mereka telah memanusiakan Tuhan. "Mereka merasa memiliki hak mendikte kemauan Tuhan, tahu pemikiran Tuhan, dan berhak bertindak atas nama Tuhan yang akhirnya seringkali berubah menjadi sifat radikal,” kata Cinta dalam Launching Aksi Moderasi Agama, Rabu malam (22/9).

Ia mengatakan, dari perbincangannya beberapa waktu lalu dengan Habib Husein Ja’far, mereka sepakat bahaya yang masyarakat Indonesia alami saat ini adalah mengatasnamakan Tuhan untuk kepentingan pribadi. Cinta menegaskan menyesatkan generasi penerus bangsa dengan prinsip hidup yang sebenarnya tidak ada dalam kitab suci agama kerap terjadi.

Menurut dia, kondisi ini terjadi karena beberapa faktor. Pertama, kurangnya bimbingan kepada masyarakat agar memahami sebuah ajaran dengan akal kritis sehingga tidak tersesat dalam cara berpikir mereka. Selain itu, dia menuturkan pentingnya menyeimbangkan segala ilmu yang dimiliki dengan nilai-nilai yang ada dalam budaya, sains, atau aliran pemikiran lain.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement