REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Korea Selatan (Korsel) Chung Eui-yong mengatakan akan bertemu dengan menteri luar negeri Jepang. Harapannya kedua negara dapat melangkah maju untuk mengakhiri perselisihan yang mendorong sanksi-sanksi perdagangan.
"Jepang negara tetangga dekat kami dan kami memiliki nilai-nilai yang sama dalam demokrasi, ekonomi pasar, hak asasi manusia dan lain-lain, maka kami ingin Jepang menjadi teman dekat, tapi sayangnya kami memiliki sejumlah berbedaan dalam memandang sejarah masa lalu," kata Chung kepada lembaga think tank Council on Foreign Relations di New York, Kamis (23/9).
Chung mengaku akan menggelar pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi. Diskusi akan digelar setelah pertemuan trilateral dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken.
Pangkal perselisihan antara Korsel dan Jepang mengenai pendudukan Jepang di Semananjung Korea dari 1910 hingga 1945 adalah Jugun ianfu. Istilah yang digunakan Jepang pada perempuan yang dipaksa memberi layanan seksual pada tentara Jepang di daerah jajahan.
Perselisihan semakin memanas dalam beberapa tahun terakhir. Hingga kedua negara saling menerapkan sanksi atau batas perdagangan ke lawan masing-masing. Kedua negara juga saling mengancam mengakhiri kerja sama keamanan meski mereka menghadapi tantangan bersama dari Korea Utara.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan selama enam bulan terakhir para diplomat AS, Korsel dan Jepang sudah menggelar serangkaian pertemuan untuk meningkatkan hubungan Seoul dan Tokyo.
"Sore ini pertemuannya cukup hangat dan dekat, terutama saat kami mencoba memikirkan dan menyelesaikan apa yang kami lihat dari Korut, terutama peluncuran (rudal) baru-baru ini," kata pejabat yang mengikuti pertemuan trilateral.
"Sebenarnya forum ini lebih pada mencari kepentingan bersama dan bukan lagi memecah kebuntuan," kata pejabat yang tidak disebutkan namanya itu.
Chung mengatakan Seoul yakin perselisihan dengan Tokyo dapat diselesaikan melalui dialog, termasuk sanksi perdagangan. Ia pun berharap perbedaan tersebut dapat segera dipecahkan. Jika tidak, Korsel akan membawanya ke hadapan Organisasi Perdagangan Dunia.
"Korea sangat berharap dua menteri luar negeri Jepang dan Korsel akan bekerja untuk menormalkan hubungan antara Korsel dan Jepang," katanya.
Chung dan Motegi sempat menggelar pertemuan sela dalam Pertemuan G7 di Inggris bulan Mei lalu. Tapi pertemuan tersebut tidak memecahkan perbedaan kedua negara.