Kamis 23 Sep 2021 16:34 WIB

Senjata-Senjata Amerika yang Dinikmati Taliban hingga ISIS 

Amerika Serikat gulirkan program cegah senjata jatuh ke ekstremis

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Amerika Serikat gulirkan program cegah senjata jatuh ke ekstremis. Ilustrasi senjata Amerika Serikat
Foto: AP/Rahmat Gul
Amerika Serikat gulirkan program cegah senjata jatuh ke ekstremis. Ilustrasi senjata Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Peneliti di Project on International Security, Commerce and Economic Statecraft, University at Albany, State University of New York, Nolan Fahrenkopf, menganalisis pengamanan militer Amerika Serikat terhadap senjata dan peralatan militer yang tertinggal di negara-negara berkonflik.  

Terlepas dari upaya Amerika Serikat dan internasional untuk mengendalikan penyebaran peralatan militer, Amerika Serikat memiliki sejarah panjang meninggalkan senjata dan transfer senjata.

Baca Juga

Akibatnya, senjata Amerika Serikat berakhir di gudang senjata musuh di Irak dan Suriah, serta Afghanistan, bahkan sebelum Amerika Serikat ditarik sepenuhnya. 

Sebagai hasil dari pengabaian dan pelacakan yang buruk, kelompok ISIS, Taliban dan kelompok militan lainnya berhasil memperoleh senjata anti-armor yang dipasok Amerika, tank, drone dan sejumlah besar senjata kecil, seperti senapan, dan senjata ringan, seperti senapan mesin dan roket. 

Peralatan ini kemudian sering digunakan melawan pasukan Amerika Serikat atau sekutu mereka, dan kadang-kadang disita kembali setelah pertempuran. 

Beberapa program pemerintah Amerika Serikat ditujukan untuk menghentikan senjata agar tidak sampai ke musuh. Baik dijalankan melalui Departemen Pertahanan atau Departemen Luar Negeri. 

Upaya tersebut berusaha untuk memastikan bahwa ketika pasukan militer negara lain mendapatkan senjata Amerika Serikat, mereka tetap aman baik dalam perjalanan maupun begitu mereka tiba di tempat tujuan. 

Pejabat Amerika Serikat seharusnya membantu penerima, menerima dan menyimpan senjata atau peralatan dan mendistribusikannya kepada tentara atau personel resmi lainnya. 

Para pejabat tersebut juga harus menyimpan catatan yang cermat tentang senjata mana yang ditransfer ke pasukan asing, dan melacaknya dari waktu ke waktu untuk memastikan mereka disimpan dengan aman dan memperbaiki masalah yang muncul, atau bahkan menghentikan transfer senjata agar tidak berlanjut.

Tetapi bukti menunjukkan bahwa banyak transfer senjata ke mitra asing untuk mendukung perang melawan ekstremisme tidak memiliki perlindungan dasar penggunaan akhir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement